Part 1 : Kayuh, Kayuh, Kayuh


pasarkreasi.com

Kayuh. Aku harus terus mengayuh pedal ini, jika tidak. Aku akan kehilangan mukaku di depan anak-anak. Aku sudah berjanji membelikan mereka susu untuk minggu ini. Mereka sudah mulai bosan dengan tajin yang kubuat banyak-banyak saat menanak nasi. “ibu, aku ingin minum susu”, begitu rengek Dinda. “Sabar ya Nak, seminggu ini ibu akan cari rejeki. Doain ya, supaya kita punya uang untuk beli susu”, kata-kataku sendiri tak bisa lenyap dari benakku. Terus berdering, deringnya senyaring bunyi bel sepeda miniku. 
***
“Ibu, hari ini kita makan lauk apa ?”, tanya Jaka, anakku yang paling besar. Dia bertanya begitu bukan karena dia manja, dia hanya memastikan bahwa adik-adiknya makan dengan lauk-pauk yang wajar, lauk-pauk yang normal.
“Emm, seperti biasa Jaka, ibu baru bisa menggoreng tahu. Jaka suka kan?” Aku yakin betul dia akan mengatakan suka. Ekspresi nya saat makan selalu membuatku tiba-tiba kenyang. Dia makan dengan lahap. Setiap makanan dimakannya dengan antusias, bahkan jika suatu hari piringnya hanya terasa nasi dan sambal terasi. Dia akan tetap memakannya sama seperti jika aku memasakkan telur mata sapi kesukaannya.
“Jaka makan sama sambel aja Bu, biar tahunya untuk Dinda. Dia kan suka banget Buk,sama tahu”, mukanya yang polos itu membuat air mataku ingin menetes. Tidak, aku harus menahannya. Aku harus kuat di hadapan anak-anak.
“Baiklah, nanti setelah Dinda bangun. Langsung ajak dia makan ya. Ibu akan mencuci baju sebentar”, instruksiku hanya basa-basi, tanpa aku beritahu pun sebenarnya Jaka akan mengajak Dinda makan bersama. Dia selalu menjadi kakak terbaik.
”Iya Bu”, Jaka terhenti bicara kemudian berkata lagi,”Oya, ibu tidak usah bingung tentang susu Dinda. Aku akan mengajak dia belajar membaca. Dia akan lupa soal susu. Minimal untuk hari ini”.
Tawaran Jaka sungguh di luar dugaanku. Rupanya dia menangkap sinyal kebingunganku untuk membelikan Dinda susu. Jaka, berhentilah membuat ibu terharu Nak.
“Oh, baiklah, Jaka juga tidak perlu bingung ya, yakin saja, insyaAlloh Alloh akan membantu ibu berjuang untuk membeli susu. Dan kita akan meminumnya bersama, ya”, ujarku sambil mengelus kepalanya. Diapun mengangguk.  

Komentar

  1. Ini ceritanya masih prolog.. tapi saking sudah gak sabar malah akhirnya mandeg idenya, =.=a

    BalasHapus

Posting Komentar

Hi, nice to hear your inner-voice about my blog. Just feel free to write it here, but please dont junk :)

Postingan Populer