Filosofi Bepergian
Ingin mengetahui watak dan sifat seseorang? Bepergianlah dengannya. Ya, minimal sehari semalam, nah, selama sehari semalam itu sadar atau tidak, orang tersebut akan menjadi dirinya yang sebenarnya. Do what they actually want do.
Dari situ kita akan maklum, bahwa gak semua orang nyaman untuk kita ajak bepergian, gak semua juga mendukung kita saat menemui kesulitan di jalan, gak semua pula bersedia mau menunggu kita saat tiba-tiba kita kelelahan di jalan. Partner akan melakukan dan tidak melakukan sesuatu sesuai watak aslinya.
Well~, setelah dipikir-pikir, bepergian itu harusnya bersiap untuk segala hal yang terburuk - apapun yang mungkin akan terjadi dengan kita. Entah kehabisan uang, entah sakit di jalan, entah kecelakaan, dll. So, kita harus pastikan siapa sih yang bakal kita ajak bepergian, kemana akan pergi, bagaimana rencana kita supaya selamat sampai di sana, apa yang kita persiapkan untuk segala hal yang terburuk, bagaimana jika harus mengambil keputusan penting yang menyangkut hidup orang lain, huwaa, konteksnya si memang terkait dengan pengalaman saya melancong ke Malaysia. Pas sudah di negeri orang dapat dikatakan kita tidak punya siapa-siapa selain teman yang pergi bersama kita. Kerasa banget kalau pas lagi lemah tapi gak ada yang mendukung, atau pas pengen kemana-mana tapi gak sevisi. Percekcokan dan perselisihan itu hampir dapat dikatakan bakal terjadi. Then, saya belajar, bahwa bepergian untuk urusan apapun akan selalu memerlukan perencanaan yang matang.
Well~, setelah dipikir-pikir, bepergian itu harusnya bersiap untuk segala hal yang terburuk - apapun yang mungkin akan terjadi dengan kita. Entah kehabisan uang, entah sakit di jalan, entah kecelakaan, dll. So, kita harus pastikan siapa sih yang bakal kita ajak bepergian, kemana akan pergi, bagaimana rencana kita supaya selamat sampai di sana, apa yang kita persiapkan untuk segala hal yang terburuk, bagaimana jika harus mengambil keputusan penting yang menyangkut hidup orang lain, huwaa, konteksnya si memang terkait dengan pengalaman saya melancong ke Malaysia. Pas sudah di negeri orang dapat dikatakan kita tidak punya siapa-siapa selain teman yang pergi bersama kita. Kerasa banget kalau pas lagi lemah tapi gak ada yang mendukung, atau pas pengen kemana-mana tapi gak sevisi. Percekcokan dan perselisihan itu hampir dapat dikatakan bakal terjadi. Then, saya belajar, bahwa bepergian untuk urusan apapun akan selalu memerlukan perencanaan yang matang.
Jadi, back to mengetahui sifat orang, selama perjalanan bepergian itu kita akan menemui banyak hal yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, standarnya bagi tiap orang tentu berbeda. Namun yang pasti, sekelompok orang yang bepergian itu harus saling memahami. Jangan sampai karena keegoisan salah satu pihak mengakibatkan masa bepergian itu menjadi kekecewaan dan kenangan buruk bagi partnernya. Intinya, dengan saling memahami, sebenarnya kita bisa saling mengisi. *wuihh beraattt
Oya, dalam perjalanan juga dibutuhkan leader, bahkan jika yang bepergian hanya dua orang, harus ada yang ditunjuk sebagai leader. Untuk apa? Ya supaya perjalanan bisa terkendali. Tentu saja, baik yang memimpin maupun yang dipimpin harus menjalankan perannya dengan baik, jangan sampai salah satu pihak merasa dirugikan atau disewenang-wenangi.
Apa bepergian serumit itu? untuk bepergian yang jauh, dapat dikatakan iya.
Kenapa? Karena kita pergi ke suatu tempat untuk tujuan tertentu dalam waktu tertentu dengan bekal tertentu pula. Jika kita bepergian hanya untuk sesuatu yang tak ada tujuannya, maka tak ada yang bisa kita tuntut, kecuali ketidakbertujuan itu sendiri. Maka, kemanapun pergi, jadikanlah itu sebagai latihan untuk menempa diri kita, siapapun hendak berpartner dengan kita, pastikan kita adalah partner yang memberi kenangan membahagiakan :3
Filosofi ini juga saya rasa bisa diaplikasikan saat akan memilih partner hidup, alias suami atau istri. Menikah dapat dikatakan sebagai jalan untuk mencapai tempat yang ingin kita tuju, selain keluarga yang sakinah, mawaddah warohmah, tentu kita ingin sampai di surga bersamanya. Jadi, sama seperti saat kita akan bepergian, buatlah perencanaan yang matang sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Termasuk hati-hati dalam memilih partner perjalanan kehidupan pernikahan kita :)
Filosofi ini juga saya rasa bisa diaplikasikan saat akan memilih partner hidup, alias suami atau istri. Menikah dapat dikatakan sebagai jalan untuk mencapai tempat yang ingin kita tuju, selain keluarga yang sakinah, mawaddah warohmah, tentu kita ingin sampai di surga bersamanya. Jadi, sama seperti saat kita akan bepergian, buatlah perencanaan yang matang sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Termasuk hati-hati dalam memilih partner perjalanan kehidupan pernikahan kita :)
mm... korelasinya kesitu ya lis :D
BalasHapustapi rasanya sehari aja ga cukup. minimal 3 harilah, baru kita bisa lihat watak orang yg sebenarnya.
mm... korelasinya kesitu ya lis :D
BalasHapustapi rasanya sehari aja ga cukup. minimal 3 harilah, baru kita bisa lihat watak orang yg sebenarnya.
hehehe, tergantung mau ngukur seberapa dalam siy, bakalan lebih dalam lagi kalau sudah serumah *loh
BalasHapusjelas 3 hari lebih valid dibandingkan dengan sehari, karena "ujian" emosi yang ditemui bakalan lebih banyak :)