Sepeda dan Ana
Ana : "Ayah, kapan mengajariku naik sepeda?"
Ayah : "Ayah masih sibuk Nak, mungkin minggu depan ya"
***
Ana : "Ayah, apakah minggu ini Ayah ada waktu luang?"
Ayah : "Memangnya kenapa? Kamu bisa minta tolong Bunda jika kamu ingin ditemani membeli mainan baru"
Ana : "Bukan Ayah, aku ingin diajari naik sepeda. Bunda tak bisa mengajariku."
Ayah : "Ayah belum ada waktu senggang Na. Sudah sana main di kamar saja".
***
Ana : "Bun, apa Ayah benar-benar sibuk?"
Bunda : "Kenapa?"
Ana : "Aku kangen Ayah. Aku mau Ayah mengajariku naik sepeda".
Bunda : "Suatu hari kamu akan tahu kenapa Ayah belum mengajarimu naik sepeda"
***
(Beberapa tahun yang lalu)
Ilham : (sambil mengendarai sepedanya) "Ayah, Ayah, lihat, aku sudah pandai naik sepeda. Lihat Yah.."
(tiba-tiba terdengar bunyi rem mobil)
Ayah : (kaget dan menoleh) "Ilhaammmmmmmm!!!!"
***
Pada suatu pagi yang cerah di halaman rumah Ana.
Ayah :"Na, Ana. Kemari Nak,.."
Ana : "Ya , Ayah. Ada yang akan Ayah bicarakan?"
Ayah : "Iya, Nak. Duduklah di sini.."
Ana duduk di pangkuan Ayah.
Ayah : "Ana sayang Ayah?"
Ana : "Tentu. Ana sangat sayang sama Ayah"
Ayah : "Ana tau kan, Ayah punya kenangan buruk dengan sepeda?"
Ana : "Emm..(menggelengkan kepala)"
Ayah : "Dulu Ayah pernah tidak sengaja menabrak seorang anak laki-laki yang sedang menaiki sepedanya. Dia berdarah Na, gara-gara Ayah"
Ana : (menatap Ayah)
Ayah : "Ayah takut hal itu terjadi pada Ana. Ayah gak mau kehilangan Ana."
Ana : "Tapi Yah.."
Ayah : "Ayah berharap Ana mau mengerti perasaan Ayah."
Ana : "Ayah. Bolehkah aku meminta satu hal ?"
Ayah : "Apa itu?"
Ana : "Ana akan tetap berlatih sepeda Yah, Ana yakin Ana bisa menjaga diri. Karena Ayah selalu mendoakan keselamatan Ana."
Ayah : "Tapi.."
Ana : "Ana akan membaca bismillah setiap naik sepeda. Ana akan melihat kiri kanan sebelum menyeberang. Ana akan hati-hati".
Ayah : "Jalanan sangat ramai, Na.."
Ana : "Kata Ayah, jika kita berusaha dan berdoa, Allah pasti menolong kan?"
Ayah : "Itu pasti Na. Itu pasti."
Ana : "Kalau begitu Ayah harus percaya pada Allah, juga pada kesungguhanku. InsyaAllah aku akan berhati-hati".
Ayah : "Baiklah. Besok pagi, Ayah akan mengajarimu".
***
Ana : "Ayahhh, ayooo~"
Ayah : "Sebentar, Ayah masih memompa ban sepeda Ayah"
Ana : "Ihhh.. Ayoo, nanti keburu panas lhoo~"
Ayah : "Baiklah, baiklah, dasar anak Ayah ga sabaran".
Kesalahan di masa lampau adalah pelajaran yang bisa diambil hikmahnya. Seberat apapun itu.
Kenangan masa lalu bisa menghadirkan dua reaksi, move on dan belajar dari kesalahan, atau gagal move on dan jadi trauma ya, Mak.
BalasHapusBetul banget Mak Efi :)
HapusDilema juga ya jadi ayah ana,tapi anaknya kan harus dikasih kesempatan, perjuangan hati
BalasHapusBetul sekali, ga sedikit anak ga maju karena ortunya yang ga bisa move on dari masa lalunya.
Hapus