Film untuk Siapa ?
Tadi pagi secara ga sengaja ndengerin siarannya Tike dan Ronald di siaran Roti Bakar. Mereka dengan emosinya cerita soal anak kecil yang dibawa nonton bioskop oleh ortunya. Weit ada yang salah? Ga ada, selama si ortu memilihkan dan mengajak nonton film yang tepat. E tapi kalau yang ditonton film-film dewasa semacam Sky Fall dan Breaking Dawn, apa iya anak kecil mau diajak nonton juga?
Anak-Anak adalah Tanggung Jawab Orang Tua
Ga perlu dibahas dan diperdebatkan lagi bahwasanya anak-anak adalah amanah. Amanah dari Allah Sang Pencipta supaya mereka -anakanak kita itu- dididik dan disayangi supaya bisa menjadi orang-orang yang berprestasi dunia dan akhiratnya, terjamin mulia di dunia dan di surga. Anak-anak bukan milik ortu-nya. Anak-anak adalah milik Allah SWT yang dititipkan kepada orang tua yang tidak bisa mereka pilih. Artinya anak-anak ditakdirkan menjadi anak siapa cuma Allah swt yang berhak menetapkan. Sebaliknya, ortu juga tidak dapat memilih siapa dan bagaimana anak mereka, namun akhlak dan masa depan mereka masih bisa dipilih. Ortu harus bisa merencanakan akan menjadi anak-anak mereka nantinya, bahkan sebelum anak itu ada dalam kandungan. Suami dan istri harus merencanakan akan dididik seperti apa anak-anak mereka, akan diarahkan menjadi anak seperti apa. Ya, seperti membuat proyek. Ada tujuan dan ada target keberhasilan.
Anak-anak yang dilahirkan dengan rencana yang matang dan baik adalah anak-anak yang ditunggu kelahirannya untuk diajak kepada kebaikan. Bukan anak-anak yang kelahirannya ditakuti dan berakhir pada keengganan untuk menjaga mereka, na'udzubillah. Oleh karena itu, sebelum memutuskan mempunyai anak, setiap ortu harus siap dititipi amanah dan menjaga amanah tersebut sesuai tuntunan Rasulullah saw.
Salah satu tantangan ortu dalam mendidik anak saat ini adalah memilihkan tontonan yang tepat. Kembali ke adegan curcolnya Tike dan Ronald tadi yang memprotes ortu yang membawa anak-anak di bawah umur menonton film dewasa, saya sendiri belum ada 5 kali nonton di bioskop, dan dari yang belum 5 kali itu ada 2 film untuk remaja yang akhirnya saya lihat juga ditonton oleh anak-anak.
Apakah film yang tidak tepat berdampak buruk pada anak-anak?
Jawabannya adalah Yes besar. Anak-anak mungkin tidak belajar tentang umpatan, tentang bagaimana menyerang dan bagaimana melakukan adegan seks, dari ortu. Tapi mereka bisa belajar itu semua dari film. Ya, baik film yang ditonton di rumah maupun di bioskop. Anak-anak harus dijaga dari adegan yang belum siap untuk mereka terima. Itulah salah satu kegunaan dari rating film.
Salah satu kerusakan yang dimunculkan dari tontonan yang tidak tepat adalah kerusakan pada Prefrontal Cortex (PFC). PFC ini terletak pada lobus frontalis yang mengatur fungsi-fungsi eksekutif seperti pengambilan keputusan, perencanaan, organisasi atau manajemen dan yang terpenting adalah memproses setiap informasi yang masuk melalui panca indera lalu kemudian mempersepsi informasi tersebut. Hasil persepsi dari PFC akan menentukan respon yang akan diberikan oleh tubuh. PFC ini biasa diandaikan sebagai CEO dari otak kita dan bagian kreatif dalam pikiran kita (inner mind).
Bagaimana jika bagian ini mengalami kerusakan? Anak-anak tidak mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat terhadap apa yang dihadapi, cenderung pemberontak dan temperamen.
Bagaimana membaca rating film ?
Saya mendapatkan informasinya dari sini.
G-Rated : Dapat ditonton oleh semua umur

PG-13 Rated : beberapa materi tidak cocok ditonton oleh anak-anak di bawah usia 13 tahun sehingga membutuhkan bimbingan orang tua.
R-Rated : Orang tua sebaiknya tidak mengajak anak-anak menonton film ini.
NC-17 Rated : Anak-anak di bawah usia 17 tahun tidak boleh menonton film ini.
So, udah saatnya setiap diri kita menjadi pelindung sekaligus pembimbing buat anak-anak dan remaja kita. Kalau mereka dididik dan disayangi dengan 'benar', potensi dan prestasi mereka pasti akan bermunculan.
Jangan karena ortu atau pengasuhnya pengen nonton dan dapat hiburan, anak-anak yang jadi korban.
Kemana kalau berlibur?
Mengajak anak-anak sambil merefresh otak ga harus melulu mall dan bioskop. Aku rasa sedikit saja manfaat nya buat keluarga. Lebih banyak kalau kita bisa membuat camping kecil di halaman rumah, sambil membuat jagung rebus, sehabis itu ayah ibu bergantian mendongeng kisah-kisah bermakna. Atau lain waktu mengunjungi pantai, dan bermain layangan. Di hari lain, bisa sekedar memasak bersama di dapur. Jika orang tua kreatif anak-anak tidak cepat bosan dengan setiap kegiatan yang ortu tawarkan, dengan strategi-strategi jitu, anak-anak akan semakin bangga dan sayang kepada ortu karena merasakan ortu mereka selalu bisa membahagiakan mereka.
Jadi, ayoklah, pilih-pilih tontonan anak, tanya dulu sama diri kita, ini 'film untuk siapa?'
Referensi :
http://hiburan.kompasiana.com/film/2011/10/09/bijaklah-memilih-tontonan/
http://www.tvguidelines.org/ratings.htmSalah satu kerusakan yang dimunculkan dari tontonan yang tidak tepat adalah kerusakan pada Prefrontal Cortex (PFC). PFC ini terletak pada lobus frontalis yang mengatur fungsi-fungsi eksekutif seperti pengambilan keputusan, perencanaan, organisasi atau manajemen dan yang terpenting adalah memproses setiap informasi yang masuk melalui panca indera lalu kemudian mempersepsi informasi tersebut. Hasil persepsi dari PFC akan menentukan respon yang akan diberikan oleh tubuh. PFC ini biasa diandaikan sebagai CEO dari otak kita dan bagian kreatif dalam pikiran kita (inner mind).
Bagaimana jika bagian ini mengalami kerusakan? Anak-anak tidak mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat terhadap apa yang dihadapi, cenderung pemberontak dan temperamen.
Bagaimana membaca rating film ?
Saya mendapatkan informasinya dari sini.
G-Rated : Dapat ditonton oleh semua umur

PG Rated : beberapa materi tidak cocok ditonton oleh anak-anak sehingga membutuhkan bimbingan orang tua.
PG-13 Rated : beberapa materi tidak cocok ditonton oleh anak-anak di bawah usia 13 tahun sehingga membutuhkan bimbingan orang tua.
R-Rated : Orang tua sebaiknya tidak mengajak anak-anak menonton film ini.
NC-17 Rated : Anak-anak di bawah usia 17 tahun tidak boleh menonton film ini.
So, udah saatnya setiap diri kita menjadi pelindung sekaligus pembimbing buat anak-anak dan remaja kita. Kalau mereka dididik dan disayangi dengan 'benar', potensi dan prestasi mereka pasti akan bermunculan.
Jangan karena ortu atau pengasuhnya pengen nonton dan dapat hiburan, anak-anak yang jadi korban.
Kemana kalau berlibur?
Mengajak anak-anak sambil merefresh otak ga harus melulu mall dan bioskop. Aku rasa sedikit saja manfaat nya buat keluarga. Lebih banyak kalau kita bisa membuat camping kecil di halaman rumah, sambil membuat jagung rebus, sehabis itu ayah ibu bergantian mendongeng kisah-kisah bermakna. Atau lain waktu mengunjungi pantai, dan bermain layangan. Di hari lain, bisa sekedar memasak bersama di dapur. Jika orang tua kreatif anak-anak tidak cepat bosan dengan setiap kegiatan yang ortu tawarkan, dengan strategi-strategi jitu, anak-anak akan semakin bangga dan sayang kepada ortu karena merasakan ortu mereka selalu bisa membahagiakan mereka.
Jadi, ayoklah, pilih-pilih tontonan anak, tanya dulu sama diri kita, ini 'film untuk siapa?'
Referensi :
http://hiburan.kompasiana.com/film/2011/10/09/bijaklah-memilih-tontonan/
http://www.anneahira.com/pengaruh-film.htm
Sekarang berita politik juga harusnya dikasih tanda BO, suka ada Sutan Bhatoegana soalnya, serem.
BalasHapusHahaha, iya Ji.
BalasHapusSinetron juga harusnya gitu.
Banyak contoh ga baik buat anak-anak.