Bolehkah Kita Bersedih?
La tahzan, innalloha ma'ana ~ Janganlah bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita
Pagi ini seorang sahabat bertanya kepada saya, " Lilis, kalau kita sedih, sebaiknya apa yang kita lakukan?" Jawaban saya, "Kembali ke Allah, yuk". Sedih itu rasa di dalam hati. Sedangkan yang membolak balikkan hati adalah Allah. Jadi, jika kita ingin menghilangkan sedih itu dan kembali bahagia, mari minta kepada Allah untuk menghapus kesedihan itu.
Seseorang bisa merasa sedih karena suatu kegagalan, karena kehilangan, karena merasa bersalah atau hal-hal lain. Intinya, kesedihan hadir karena ada sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan kita. Tapi, coba yuk kita cek kembali, kira-kira, harapan kita sudah sesuai belum ya dengan harapan Allah. Kenapa harapan kita harus sesuai dengan harapan Allah? Karena, Allah pasti memudahkan semua harapan yang baik. Semua harapan yang sesuai dengan apa yang Allah sukai. Harapan untuk menikah demi menjaga kesucian. Harapan untuk bisa naik haji. Harapan untuk bisa melanjutkan pendidikan. Harapan untuk membantu orang-orang yang tidak mampu. Saya yakin harapan-harapan itu akan dipeluk Tuhan.
Jadi, kita patut bersedih, jika keadaan kita saat ini tidak sesuai harapan Allah. Allah berharap kita berhijab, namun sampai detik ini kita belum berhijab misalnya. Atau Allah berharap kita menyedekahkan sebagian rizki namun kita masih sering alpa untuk berbagi. Itu adalah hal-hal yang patut membuat kita sedih. Sedih karena peristiwa itu menjadi representasi penyesalan atas keburukan yang kita perbuat. Jadi, di saat seperti itu sedih adalah pemicu agar kita menjadi pribadi yang lebih baik.
Nah, sekarang, kita coba lihat apakah penyebab kesedihan kita. Jika penyebab kesedihan kita -misalnya- karena kita tidak mampu membeli tas bermerk, atau karena kita tidak mempunyai ketampanan yang sama dengan teman kita *eeaaa, itu bukanlah alasan yang pantas membuat kita bersedih. Ada beberapa hal yang mungkin saja sebenarnya bisa membebani hati kita, tetapi harus kita abaikan. Kita anggap peristiwa itu sebagai peristiwa biasa saja, yang tidak perlu membuat kita sedih, yang harus kita sebut sebagai angin lalu. Kita harus punya filter untuk memilah peristiwa-peristiwa mana saja yang patut membuat kita bersedih.
Bagaimana jika sekarang kita terlanjur bersedih atas peristiwa yang sebenarnya tidak patut untuk membuat kita sedih? Ikhlaskan dan lepaskan beban itu. Kembalilah pada Allah dengan harapan-harapan yang lebih baik. Harapan yang sejalan dengan Allah. Sekali lagi lepaskan beban itu dan gantilah dengan harapan lain yang lebih disukai Allah.
Bagaimana jika kita sudah membuat harapan yang sesuai dengan harapan Allah namun tetap tidak terwujud? Itu artinya, Allah ingin kita naik derajat dengan cara menguji kita. Jika kita lulus dan bersabar atas ujian itu, alhamdulillah, insyaAllah kedudukan kita naik satu derajat di hadapan Allah. Tidak ada yang lebih baik bagi seorang Muslim, kebahagiaan membuatnya bersyukur, kesedihan membuatnya bersabar.
Semua peristiwa yang terjadi memiliki kebaikan, bagi mereka yang menemukan hikmah dan kasih sayang dari Allah atas peristiwa itu ~Athiah Sulthon
*Pic's source : http://weheartit.com/entry/24447207/via/atthia
aku dan mungkin semua orang juga pernah mengalami hal tersebut, pastilah hancur dan kecewa kemudian mencaci maki kepada siapa saja termasuk diri sendiri, ketika sadar dari mimpi burut itu, maka betapa malu dan kecilnya diri ini..
BalasHapusAllah maha adil.
:)
Alhamdulillah, pintu taubat Allah selalu terbuka lebar kapanpun kita mau bertaubat, bahkan sebesar apapun dosa kita :)
BalasHapusMaka, mari tidak menyia-nyiakan peringatan dari Allah saat mulai kita rasakan dan segera kembali ke jalan yang Allah sukai saat itu juga. InsyaAllah, kita menjadi lebih bahagia :)
Salam,
Athiah Sulthon~
Subhanallah... super sekali mbak Lis :)
BalasHapusSaya setuju sekali. Harapan kita emang harus "sejalan" dengan apa yang Allah kehendaki. Tetap bersangka baik, karena Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya :)
Jazakillah Elok :)
BalasHapusBetul, insyaAllah semua lancar jika sesuai dengan 'keinginan' Allah.