Find More Happiness In Our Own Kitchen

Kebahagiaan selalu dicari. Siapapun ia. Kapanpun itu.
Jutaan orang mengunjungi tempat-tempat terindah di dunia -salah satunya- untuk mencicipi kebahagiaan yang ada di sana. Tapi bukankah melihat bintang di atap rumah kita sendiri juga mengandung kebahagiaan?

Ada yang menggelitik benakku akhir-akhir ini. Perasaan kehilangan teman main dan jauh dari hal-hal yang disukai seringkali dengan mudah membuatku galau. Sepertinya hal-hal yang tidak menyenangkan saja yang bermunculan. Padahal, itu mungkin tanda bahwa kemampuanku mendeteksi dan merasakan kebahagiaan sedang di ambang batas. Terlalu tipis. Tidak sensitif. 

Jutaan penulis di dunia juga menulis tentang "how to be happy". Mulai dari meditasi hingga memperbaiki komunikasi. Dari membaca buku hingga meminum kopi. Jadi, jika ada sebegitu banyak cara untuk menjadi bahagia mengapa seringkali kita -tetap saja- tidak mampu merasa bahagia? Jawabannya mungkin pada ketidakmampuan kita untuk bersyukur. Kebahagiaan adalah penerimaan. Kesedihan adalah penolakan.


Angin yang berhembus saat kita bergandeng tangan dengan orang terkasih, bisakah menambah manisnya sore?

Langit yang membiru saat kita menyusuri rumah demi rumah untuk mencari dimana bisa kita tinggal sementara, bisakah melipatgandakan energi?

Manisnya kopi saat pekerjaan menumpuk bisakah mendorong semangat baru?

Aselinya, kita bisa menemukan kebahagiaan di dapur kita sendiri. Dengan cara kita masing-masing. Hanya dibutuhkan sedikit ketelatenan dan kesabaran untuk selalu bisa 'menerima' apa yang kita hadapi sebagai cara baik Tuhan membesarkan kita. Jadi, tidak perlu memaksakan diri menjadi orang lain supaya bisa merasakan kebahagiaan yang terlihat dari diri orang lain apabila itu tidak sejalan dengan hati nuranimu. Mungkin ada orang yang merasa bahagia menjadi orang yang bergelimang kemewahan meski mendapat harta dari entah berantah -tak tau halal haramnya- tentu seharusnya itu tak senada dengan hati nuranimu dan tak perlu kau iri padanya. Tapi jika kau lihat sosok sederhana dengan senyuman tulus meski tak berpunya namun menggegam energi luar biasa tentu kau boleh mengajaknya menjadi teman. Percaya atau tidak, energi tak hilang, bahkan saat ia dibagi.

Saatnya menemukan kebahagiaan di dapur kita sendiri. Pada secangkir teh hangat atau semangkuk indomi di hari hujan. Dan berhentilah berteman dengan kesedihan. 

Komentar

  1. #nyodorin secangkir teh
    yuk,berbuka ^^

    BalasHapus
  2. bahagia itu di antaranya:
    1. sore-sore bersantai di rumah dengan keluarga
    2. bersih-bersih, menata ulang kembali ruangan di rumah/meja di kantor (sensasi bahagia ketika berhasil menyingkirkan barang-barang tidak penting, hihihi :D)
    3. baca buku
    4. jalan-jalan ke toko buku lihat banyak buku baru
    5. berhasil konsisten selalu masak sendiri lebih dari 3 hari (:p)

    BalasHapus
  3. Perasaan kehilangan teman main dan jauh dari hal-hal yang disukai seringkali dengan mudah membuatku galau <--- Yes! Bener banget :D

    Intinya, untuk bisa bahagia kita butuh hati yang lapang. Dan banyak2 bersyukur :D

    BalasHapus
  4. Mba Renchan, bahagia itu :
    1. Bisa makan nasi padang uni gadis pakai ayam goreng, nyammm~
    2. Ga telat dapet kereta yg jam 6 lbh 5
    3. Pergi ke pasar dan belanja sayuran plus lauk pauk, dimasak, dan suami suka :DD
    4. Baca buku
    5. Cium tangan suami *ups

    Andiah :
    Mba, buku hadiahmu dah ada niy, tapinya pengen kukasih brg hijabalila, gkpapa yo?

    Betul, ketika kita bisa menghargai hal-hal kecil sebagai bagian dari kebahagiaan, itulah syukur :')

    BalasHapus

Posting Komentar

Hi, nice to hear your inner-voice about my blog. Just feel free to write it here, but please dont junk :)

Postingan Populer