Beginikah Mind Set Kita tentang Anak?

Saya sedih banget baru saja baca postingan salah seorang ibu muda (nebak aja sih) yang mengatakan keengganannya untuk mempunyai anak lagi.Alasannya, si ibu masih trauma dengan betapa stresnya menjaga dirinya supaya tidak baby blues. Dan juga beberapa hal lain yang sebenarnya fitrah sekali dilakukan oleh seorang ibu seperti bermain dengan anak, meninabobokan, memasak, membuat MPASI, memompa ASI, membersihkan pup bayi, its really normal. Dan well, pas saya baca komen-komen temen2nya tentang pemikiran si ibu banyak sekali yang menimpali dengan nada setuju, seperti "iya, gue aja setelah ngelairin anak dengan SC dari pengen punya 5 anak sekarang pengen punya anak 1 aja", atau "he eh, kenapa ya orang Indonesia itu suka bawel soal anak, katanya kalau anak belum cewek cowok itu belum ideal", atau " kenapa si orang Indonesia ga kayak orang barat yang santai-santai punya anak cuma satu?"

Well, menanggapi apa yang menjadi cara pikir para ibu itu, saya teringat kajian terakhir dengan Ust Abdurrahman yang biasa diselenggarakan di Musholla Gd Sutikno Slamet setiap Selasa dan Rabu jam 7 pagi. Kajian kemarin membahas tentang hakikat memiliki anak dalam Islam. Allah SWT sangat membenci kaum jahiliyah  yang waktu itu hanya mau mempunyai anak laki-laki, sedangkan jika yang lahir anak perempuan maka ia akan dibunuh hidup-hidup dengan cara dikubur. Bagi seorang Muslim, anak adalah amanah sekaligus rejeki. Bahkan rejeki berupa anak lebih berharga daripada rejeki berupa harta kekayaan. Allah SWT melarang kita untuk menolak rejeki itu, serta membatasi rejeki anak hanya dengan alasan ekonomi maupun keengganan mendidik anak. 

Kita semua mengetahui betapa besar pahala yang Allah berikan kepada seorang Ibu yang sedang mengandung. Bahkan atas kesakitan yang dideritanya saat mengandung itu pula Allah memuliakan Ibu tiga derajat di atas ayah. Hadist yang mengatakan bahwa surga di bawah telapak kaki ibu meski secara sanad masih terjadi perdebatan tetapi secara konten seluruh ulama sepakat dengan isinya. Subhanalloh~ siapa yang tidak ingin menjadi surga bagi anak-anak? Saya sangat ingin.

Selain itu, Allah SWT juga menjanjikan surga bagi Ibu dan Ayah yang anaknya meninggal dalam usia belum baligh, entah saat masih di dalam kandungan ataupun saat dilahirkan. Doa siapa yang paling makbul ? Salah satunya adalah do'a Ibu. Ibu adalah orang yang paling banyak meraih pahala dan kemuliaan dalam keihklasannya mengandung, melahirkan, menyusui dan mendidik anak-anak. Ibu pula yang mempunyai tanggung jawab agung untuk menjadi madrasah pertama para calon pemimpin dunia. Thats mother. 
Jadi? Mengapa kita harus menutup diri dari rejeki anak?

Setiap anak yang lahir membawa rejekinya masing-masing. meski ayah yang bekerja, tetapi apa yang ayah dapat di dalamnya ada rejeki anak. Itulah mengapa saat seorang ayah meninggal, ada hak waris anak terhadap harta tersebut. Jadi, kita sama sekali tidak perlu risau dengan 'how to feed them all'

Allah SWT tidak mengijinkan kita untuk membatasi rejeki anak, kecuali karena alasan kesehatan, baik karena fisik yang kurang sehat maupun umur yang sudah terlalu tua dan membahayakan untuk hamil lagi. Tetapi, di luar itu Nabi Muhammad SAW lebih senang melihat umat yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah orang-orang non Islam. 

Yang diperbolehkan oleh Rasulullloh SAW adalah mengatur jarak kelahiran. Jarak kelahiran antar anak dapat disesuaikan agar masing-masing dapat memperoleh ASI secara sempurna yaitu 2 tahun. Sedangkan menutup kemungkinan mendapatkan anak dengan jalan memandulkan sangat dibenci oleh Allah SWT. karena kita tidak pernah tau, apakah dari 'sedikit' anak yang sudah kita anggap cukup itu semuanya akan berumur panjang sampai kita meninggal atau tidak. Sehingga dikhawatirkan menyesal saat kehilangan anak-anak namun tidak dapat mengusahakan hamil kembali karena sudah dimandulkan. Meskipun tidak dimandulkan tetapi menggunakan sistem KB, alangkah baiknya menghentikan KB tersebut saat anak yang terakhir telah sempurna menyusu.

Janji Allah SWT selalu benar, janganlah karena keterbatasan kita dalam pengetahuan agama dan keimanan mengakibatkan kita kehilangan kesempatan untuk menjadi surga bagi anak-anak kita, serta mendapat surga karena anak-anak kita. 

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan karunia anak-anak yang sholih dan sholihah untuk pembaca semua,


Salam,
Athiah Sulthon

Komentar

  1. Aaamiinn...

    Anak memang harta yang sangat berharga.

    Anak adalah penyejuk hati dan pikiran.

    Setelah hamil dan melahirkan aku malah merasa ketagihan. Aku akui rasa sakit saat kontraksi itu sangat luar biasa. Tapi sensasi rasa sakit itu, sensasi merasakan gerakan dalam perut dan sensasi saat melahirkan itu sungguh membuat aku rindu ingin mengulangnya lagi lagi dan lagi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin

      semoga kita senantiasa istiqomah ya Bun, menyediakan segala yang kita punya u mendidik mujahid mujahidah Allah.

      Hapus
  2. mengurus dan merawat anak memang tak semudah yang kita bayangkan. terkadang ada saja godaannya. anak rewel lah, itulah inilah, apalagi kalau ditambah dengan adanya masalah dg suami misalkan. wah tambah tuh emanya.
    tapi dg memohon kekuatan sama Allah insyaAllah kita bisa menjaga amanahNya dg baik.
    eh, btw, udah isi belum mba?
    hihii

    BalasHapus
    Balasan
    1. InsyaAllah mba, seperti sebuah lagu, tak ada beban tanpa pundak, kalaupun kita menganggap kerewelan anak sebagai ujian, tentu Allah sdh menyiapkan pundak u menghadapinya.

      Belum mba, masih persiapan fisik dulu.
      Mohon doanya :-)

      Hapus
  3. mungkin sang Ibu memposting status itu saat dia lagi kelelahan mengurus anak, atau lagi badmood, atau... (dst). Tapi ada juga yang memang sudah puas dengan satu anak saja, tanpa ingin menambah lagi. Karena pengalamannya jadi anak tunggal sih, jadi dia merasa takut gabisa ngasih kasih sayang yang adil (eh, ini beda pokok permasalahan ya :D)

    Jujur, aku sendiri, pas awal2 punya anak sempat down dan berpikir: eh ternyata kayak gini toh rasanya punya anak? Beddaaa banget sama yg selalu aku impikan :p
    Tapi semakin anak bertambah besar, semakin sayang, semakin seneeng punya anak.

    Aku juga punya trauma waktu melahirkan. Tapi mungkin kadar traumaku cukup sampai: aku nggak mau melahirkan pake induksi lagi! Nggak sampe taraf nggak pengen punya anak lagi. Hihihihii...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harapan saya juga begitu mba, karena saya yakin Allah swt ga sembarangan nagsih anak sama kita, artinya, tanpa kita batasi bukan berarti kmudian kita akan memiliki anak setiap tahun. Allah swt memerintahkan kita untuk tidak menutup ksama sekali kmungkinan u memiliki anak krn kita tdk pernah tahu, brapa anak yang sebenarnya Allah swt ingin karuniakan u kita. Mind set seperti ini yang ingin saya bangun. Yang diperbolehkan Allah swt adl mengatur kelahiran, bukan menutup u selamanya :-)

      Semoga di kehamilan selanjutnya lancar jaya mba An, aamin

      Hapus

Posting Komentar

Hi, nice to hear your inner-voice about my blog. Just feel free to write it here, but please dont junk :)

Postingan Populer