Forum Percakapan : Integritas Pemimpin Indonesia

Hari Kamis kemarin saya berkesempatan untuk menghadiri sebuah forum yang diadakan oleh konsultan HR Daya Dimensi Indonesia di Kawasan Kuningan. Forum percakapan merupakan sebuah acara semi talkshow -ada narsum dan moderator- yg diadakan secara kontinyu dengan mengundang para praktisi HR. Tentu saja sebenarnya saya tidak termasuk yang diundang u hadir, tetapi kebetulan pak bos yang diundang. Dan beliau meminta saya  dan satu rekan kantor lain u ikut forum percakapan hari itu.

Sampai di lokasi saya terkejut, karena forum ini bukan forum biasa.yang hadirbenar benar para praktisi HR di perusahaan2 besar Indonesia. Dan tentu tidak kalah takjub dengan narsum yg diundang. Berkesempatan hadir dalam forum ini sbg narsum adalah Bang Adnan Buyung Nasution, praktisi Indonesia di bidang hukum dan ham yang sudah malang melintang di ranah pemerintahan sejakawal awal kemerdekaan.

Tema forum kali ini adalah perbedaan mencolok antara pemimpin bangsa kita di awal masa kemerdekaan dengan pemimpin kita saat ini. Saya ketinggalan beberapa menit awal karena hadir terlmabat, beberapa yang saya anggap penting dan memang saya dgr langsung akan saya sampaikan sesaat lagi.

Saat saya hadir, Bang Buyung sedang menceritakan kekagumannya thd pemimpin muda Ind smasa perjuangan kemerdekaan. Saat rapat BPUTKI, terlihat  betapa serunya perdebatan antar anggota rapat yang hadir, tetapi setelah rapat itu selesai tidak ada satupun diantara mereka yang lepas tali pertemanannya, kembali menjadi teman karib, kembali menjadi kawan di pondok sate. Bagaimana dengan pemimpin kita hari ini? Adegan lempar kursi hingga mencaci maki menjadi hal yang jamak terjadi. Perdebatan tidak lagi didasari atas kesamaan visi u kebaikan masyarakat, berganti dengan titipan titipan 'pemegang saham' jabatan.

Dari percakapan ini, banyak ide yang bermunculan tentang how to prepare best leader for our country. Ada yang mengusulkan kepemimpinan diktator seperti singapura karena melihat watak indonesia -yang menurut si pemberi saran-bisanya kalau dikerasi. Ada pula yang menyarankan perbaikan manusia terlebih dahulu sebelum perbaikan sistem. Dan banyak lagi saran lain yang pada intinya berusaha untuk mengurai benang kusut ketidakmampuan negara kita membentuk pemimpin muda yang berintegritas sekaligus berani bertanggung jawab.

Kekhawatiran terbesar bang buyung pada negeri ini adalah perpecahan. Bentuk geografis yang terpisah pisah dengan perbedaan kesejahteraan yang cukup mencolok, anggapan bahwa pemerintah tidak mampu menyejahterakan rakyat di kawasan perbatasan, serta konflik konflik kesukuan yang masih sering muncul akan memicu keinginan daerah untuk hidup dengan cara mereka sendiri, enggan menggantungkan nasib pada pihak yang menurut mereka tidak mampu menjadi penanggung.

Kemudian forum juga menyepakati, bahwa hilangnya integritas sudah terjadi bahkan sejak awal tahun 50an, beberapa tahun setelah kita merdeka. Penanganan ekonomi yang kurang apik pada waktu itu menimbulkan inflasi luar biasa. Para pegawai negeri yang biasanya cukup dengan gaji dari negara mulai merasakan akibat inflasi ini. Sejak saat itu, mulai menjamur oknum yang berani memakai uang rakyat untuk keperluan pribadi. Keadaan ini tidak hilang saat inflasi sudah berhasil diatasi, maklum, tidak sedikit uang yang bisa mereka dapat dari sistem kotor itu.

Ada pula yang beranggapan bahwa Indonesia terlalu cepat membuka diri terhadap modal asing. Menganggap jalan utama u maju adalah dengan membuka investasi asing seluas luasnya, sayangnya, Indonesia lupa mempersiapkan SDM dengan sebaik baiknya sehingga tidak siap menghadapi perekonomian yang maju. Maju tidak hanya untuk segelintir orang melainkan sebagian besar rakyat Indonesia.

Pemimpin tidak hanya perlu namun penting. Karena pemimpin yang baik tentu akan menghasilkan kebijakan kebijakan yang baik pula. Meskipun banyak pihak yang mengatakan bahwa negara kita dijalankan dengan autopilot, tetap saja kita butuh pilot yang sebenarnya.  autopilot hanya dirancang untuk kondisi tertentu, tidak seperti manusia yang diciptakan dengan kemampuan belajar tak terbatas.

Soal kepemimpinan menurut saya, kembali merupakan soal moral dan akhlak. Saya tidak ingin mengatakan bahwa selama beberapa dekade ini kita telah gagal membangun keluarga Islam karena tidak ada satupun pemimpin yang muncul dari jutaan keluarga Islam di Indonesia. Saya harap pemimpin itu sebenarnya sudah ada, hanya saja masyarakat belum mengerti sosok pemimpin seperti apa yang seharusnya memimpin mereka sehingga masih banyak yang hanya memilih bungkus dan merk, tanpa melihat kualitas.

Literatur sendiri menyatakan dua hal yang berseberangan, ada yanh percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan, ada pula yang berpendapat bahwa pemimpin itu dibentuk. Saya akan merujuk pada salah satu ayat Al Quran dimana Allah swt menyebutkan bahwa setiap diri kita adalah pemimpin yang suatu hari akan dimintai pertanggung jawaban atas perbuatan kita. Juga pada ayat lain yang menyatakan bahwa manusia diutus untuk menjadi khalifah -pemimpin- di bumi.

Jadi, Allah swt menyuruh masing masing kita untuk menjadi pemimpin pada masing masing hal yang menjadi tanggung jawab kita. Artinya, seseorang tidak akan mampu memimpin sekelompok orang apabila ia sendiri belum mampu memimpin dirinya sendiri. Jika ia mendapat jabatan pemimpin, maka dia tidak akan berhasil. Maka, menurut saya, jiwa kepemimpinan sudah seharusnya ada dalam diri setiap manusia. Potensi memimpin selalu ada. Namun, banyaknya orang yang dipimpin, lamanya memimpin, bergantung pada kemampuannya mengasah kepemimpinannya.

Islam mencontohkan kita dengan berbagai jenis kepemimpinan, mulai dari Rasululloh saw, hingga para khulafaurrasyidin dan sahabat lainnya. Semuanya berbeda beda dalam karakter memimpin tetapi mempunyai tujuan yang sama yaitu menyejahterakan masyarakat sebagai bukti tanggung jawabnya kepada Allah swt.

Dari sini, saya meyakini, bahwa karajter memimpin,cara memimpin, gaya memimpin, bisa dipelajari oleh siapapun, tetapi motivasi memimpin akan kembali pada hati masing masing pemimpin. Akhir akhir ini negara kita banyak menemui pemimpin yang mempunyai motivasi kurang baik,hanya untuk mwngejar jabatan, popularitas dan materi. Tetapi para nabi dan pemimpin Islam kita dulu, memimpin dwngan motivasi ridho Allah swt.

Anggap saja pemimpin negara ini 50 tahun lagi saat ini sedang duduk di bangku smp atau sma. Ini saat yang tepat untuk menanam jiwa kepemimpinan pada diri mereka, memberi mereka pelatihan memimpin sekaligus makna memimpin yang diridhoi Allah swt. Menumbuhkan pemimpin pemimpin yang berintegritas adalah menumbuhkan pemuda Islam yang kaffah.

Untuk bisa membentuk pemimpin pemimpin seperti itu, kita perlu teladan dalam kehidupan mereka, jadilah kita ayah bunda yang mampu 'memimpin' . Didiklah mereka untuk menjadi pemuda pemudi Muslim yang tangguh dengan memberi mereka asupan ilmu aqidah, wawasan luas, dan kasih sayang.

Saya yakin, jika kita bisa mendidik masing masing anak kita sebaik mungkin untuk dipersiapkan memimpin masa depan, kita tidak perlu merasakan lagi kegersangan integritas dari pemimpin pemimpin kita pada level manapun itu.

Untuk itu, jelas masing masing kita harus mendidik diri menjadi pemimpin idaman itu terlebih dahulu.

Bangun jiwa anak anak untuk sukses bukan karena materi yang akan didapat atas kesuksesan tersebut. Lebih dari itu, saat sukses adalah saat yang paling mudah untuk mengajak masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik,memudahkan syiar agama dan memudahkab untuk beribadah kepada Allah swt. Selamat memperbaiki jiwa kepemimpinan, selamat mempersiapkan diri untuk menjadi teladan para pemimpin masa depan :-)

Komentar

  1. Jangan lupa kunjungi website saya ya gan di : http://www.infolokerprobolinggo.tk/

    BalasHapus

Posting Komentar

Hi, nice to hear your inner-voice about my blog. Just feel free to write it here, but please dont junk :)

Postingan Populer