Masakan Penguat Cinta


Dalam perjalanan mengarungi bahtera rumah tangga, memasak termasuk hal penting yang menjadi perhatian saya sebagai istri. Saya mungkin termasuk salah seorang dari jutaan wanita lain yang percaya bahwa seorang istri harus pandai memasak. Hihi, pandai di sini tentu saja tidak bisa disamakan dengan keahlian para chefyang memang belajar u menjadi master dalam memasak. Pandai memasak bagi istri yang saya yakini adalah minimal mampu menyiapkan menu makanan harian secara lengkap. Jadi pandai itu minimal ya bisa masak nasi, masak lauk dan masak sayur, tentu jika bisa memasak cemilan menjadi nilai lebih. Gampang kan? Ga perlumuluk muluk bisa kayak master chef yang ada di tivi, cukup masterchef masakan rumahan saja. 

Berdasar pada keyakinan itu, saya pun mempunyai harapan yang cukup tinggi terhadap kemampuan saya menyiapkan makan suami. Saya ingat sekali waktu pertama kali memasak untuk suami ~ beberapa hari tinggal di kontrakan~ waktu itu nasi yang saya masak di magic jar terlalu lembek >.< Dan alhamdulillah,waktu itu suami tidak marah, maklum, masih pengantin baru, pantang marah-marah, hehehe. Dengan berjalannya waktu, kemampuan memasak saya meningkat. Tau dari mana? Dari pengakuan suami. Suami bilang,pas awal-awal baru menikah sayur terong saya not eatable, alias ga ketelen buat dimakan. Saya cukup kaget, karena suami sama sekali tidak memperlihatkan betapa berbedanya hasil sayur terong buatan saya dengan sayur terong yang biasa beliau makan. Tetapi, setelah sekitar 3kali memasak sayur terong, akhirnya sayur terong buatan saya dilahap habis oleh suami, dalam sekali makan bahkan. Alhamdulilah~


Tidak hanya sayur terong yang saya pelajari cara masaknya saat sudah menikah, sambel tomat, sambel terasi, mie goreng, perkedel, sayur kentang, perkedel tahu, bakwan jagung, sayur lodeh, juga batu bisa saya masak saat sudah menikah. Hihi, dlu pas bujang masaknya kalau ga bayem,kangkung ya tumis buncis, lauk juga paling tempe sama tahu. Males banget coba coba kreasi baru.

Dalam perjalanan memasak itu juga saya belajar bahwa kita -suami dan istri- saling mempengaruhi kedukaan masing-masing. Salah satu alasan mengapa saya tidak pernah memasak sayur terong adalah ibu saya tidak pernah memasak sayur tersebut sehingga saya tidak pernah merasakan seperti apa sayur terong. Tapi, sebagai istri saya tidak ingin membuat suami tidak bisa menikmati mati kesukaannya hanya karena saya tidak suka dan tidak bisa memasak. Dan ajaib, sejak menikah, saya juga menjadi penikmat sayur terong, walaupun daya masih fanatik, hanya mau makan sayur terong buatan saya saja,  XD Sebaliknya, mas juga belajar menyukai ayam goreng. Ia pernah bercerita bahwa dulu ia sama sekali tidak menyukai ayam goreng buatan ibunya, tapi dengan cara memasak ayam yang berbeda,sekarang suami lahap banget makan ayam goreng buatan saya. Alhamdulillah ~

Agar bisa selalu menjaga selera makan suami, saya berusaha menyediakan menu-menu yang disukai beliau, jika ada menu yang saya kurang suka, biasanya saya akan membuat kreasi yang saya dan suami bisa tetap menikmati. Contohnya, suami tetap akan makan dengan lahap meski sayursayuran hanya direbus saja, yang penting ada sambel. Sedangkan saya lebih berselera dengan sayur yang banjir kuah, komprominya? Saya buat sayur bayam dengan isi sayuran yang bervariasi, tidak hanya bayam,tetapi juga kol, tomat,wortel, kecambah, kadang kacangpanjang. Jadi, suami bisa makan sayuran rebus, saya bisa makan sayur berkuah, akuurr~

Selama satu tahun menikah, saya juga mulai belajar bahwa suami favorit banget dengan sambel. Sambel itu ga bakalan ada sisanya kalau ga diingetin jangan banyak banyak supaya ga sakit perut. Tapi ya, kalau beliau dah colak colek sambel ga berhenti, saya ga tega juga. Sambel is a must :P

Saya kira pengalaman pembaca semuanya dalam memasak untuk suami juga sangat bervariasi. Alhamdulillah suami orangnya ga banyak nuntut kudu masak ini kudu masak itu, paling paling ngingetin jangan lupa bikin sambel. Saya juga merasakan sebenarnya makan di rumah lebih kerasa enak dan berkahnya insyaAllah, apalagi di akhir makan suami akan bilang "Terima kasih adek" sambil senyum, hihihi. Hilanglah rasa lelah selama menyiapkan makanan, berganti semangat untuk terus berbakti kepada beliau.

sayur godog, so simple
Hikmah yang ingin saya share di sini adalah memasak bisa menjadi pelajaran penting bagi suami istri dalam menjaga kelanggengan cinta dan kemesraan dalam rumah tangga. Secara psikologis, suami merasa nyaman dan damai saat melihat istriny menyiapkan dengan sepenuh hati segala keperluan dan kevituhan suami. Apalagi istri berusaha dengan sekuat tenaga untuk bisa menghasilkan masakan terbaik dan terenak. Rasa cinta keduanya bertemu dalam makanan yang dinikmati. Istri ikhlas memasak untuk suami, suami semakin sayang dengan istri. Syukur alhamdulillah jika ada  suami yang sengaja meluangkan waktu untuk mengantar istri berbelanja, menawarkan bantuan untuk sekedar memotong sayur dan dengan senang hati membantu istri membereskan bekas makan. Subhanallah, betapa suami idaman lelaki ini. Sebaliknya istri pun tidak menyia-nyiakan kebaikan hati suaminya, mengusahakan yang terbaik untuk hasil masakannya. Jangan lupa ucap basmallah sebelum memasak :-)

Saya senang suami mendukung saya belajar memasak. Sehingga saya tidak begitu saja putus asa saat melihat hasil masakan saya gagal total di awal. Saya harap begitu juga dengan para suami kalian,juga untuk para lelaki yang kelak akan menjadi suami. Memasak bukanlah tugas yang dipikulkan pada istri begitu saja,ada sentuhan emosi di dalamnya yang ketika kita rawat akan muncul menjadi penguat cinta suami istri insyaAllah.
Selamat memasak wahai para istri ~

Komentar

  1. terima kasih diingetin,dek lilis..

    BalasHapus
  2. Hihi, share pengalaman aja mba, semoga kita semua menjadi istri yang sholihah, dan suami kita adalah bagian dari suami yang sholih :-)

    BalasHapus
  3. hehe teguran niii untuk masak kembali ... keasyikan dimasakin si teteh ...

    sekarang lebih suka bikin makanan2 kecil dan camilan camilan aja jadinya...

    BalasHapus
  4. Mengikuti kebutuhan juga sih Pen, soalnya kan kalau sudah punya anak mungkin prioritasnya berbeda :)

    Memasak bukan kewajiban (kalau di syariah, pilihan aja kan ya? tapi kalau mau melaksanakan jelas pahalanya besar), sedangkan mengasuh anak itu kewajiban :)

    Pinter-pinter memilih mana yang paling merekatkan hubungan aja siy, semua keluarga pastinya berbeda-beda :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Hi, nice to hear your inner-voice about my blog. Just feel free to write it here, but please dont junk :)

Postingan Populer