Nama : Kado Terindah Kedua



Memiliki anak yang sholih dan sholihah adalah dambaan setiap orang tua. Rasululloh SAW mengajarkan pentingnya pendidikan anak untuk membentuk mereka menjadi Sholihin dan Sholihat jauh sejak kita memilih calon Ibu/Bapak mereka, yaitu ketika sejak kita memilih seseorang yang akan menjadi istri/suami kita. 

Pada suatu hari Amirul Mukminin Umar bin Khattab RA didatangi oleh seorang laki-laki yang telah memiliki seorang anak. Lelaki tersebut mengeluhkan kepada beliau betapa durhaka anaknya. Ia bercerita bahwa anaknya ini suka berkata kasar kepadanya serta sering memukulnya. Amirul Mukminin pun memanggil anak itu dan memarahinya. Namun apa yang terjadi, anak tersebut berkata agar janganlah Amirul Mukminin tergesa-gesa mengadilinya. 

Anak itu berkata, "Jikalau seorang ayah memiliki hak terhadap anaknya, bukankah seorang anak juga memiliki hak atas ayahnya?". 

"Benar..", Amirul Mukminin menimpali.

"Lantas, apakah hak anak terhadap ayahnya tadi wahai Amirul Mukminin?", sang anak bertanya.

"Ada tiga", jawab Umar. "Pertama, hendaklah ia memilih calon ibu yang baik bagi puteranya, Kedua, hendaklah ia menamainya dengan nama yang baik. Ketiga, hendaklah ia mengajarinya menghafal Al Qur'an."

Maka anak itupun berkata, "Ketahuilah wahai Amirul Mukminin, ayahku tidak pernah melakukan satu pun dari tiga hal tersebut. Ibuku adalah seorang hamba sahaya yang dibelinya dari pasar seharga dua dirham di pasar, lalu malamnya ia gauli sehingga ia hamil mengandungku. Setelah aku lahir pun ayah menamaiku Jua'al (arti : kumbang yang suka berkerumun pada kotoran hewan/orang yang berparas jelek), dan ia tak pernah mengajariku menghafal Al Qur'an".

Maka seketika itu Amirul Mukminin meminta sang lelaki tersebut untuk tidak lagi menuntut bakti anaknya*

*) Disadur dari Khutbah Syaikh Dr Muhammad Al'Ariefy. Meski riwayat ini terkenal, namun asal usulnya belum diketahui. Oleh karena itu, secara ilmiah kita tidak boleh meyakini bahwa nasihat tadi dikatakan oleh Umar Bin Khottob RA karena tidak diketahui sanadnya. Akan tetapi maknanya tetap shohih jika dikorelasikan dengan dalil-dalil sahih lainnya. (Ibunda Para Ulama : Sufyan Bin Fuad Baswedan)

Begitulah, setelah kita pilihkan seorang Ibu yang baik untuk anak kita. Kewajiban kita selanjutnya adalah memberi nama yang baik. Nama yang baik ini adalah doa yang tersirat. Kesalahan memberikan nama kepada anak, menurut Syaikh Al'Alamah Bakr bin Abdillah (Sufyan, 2014) dinilai sebagai maksiat yang berpengaruh turun temurun. Beliau, dalam bukunya Tasmiyatul Maulud, menuliskan betapa nama buruk itu akan begitu banyak melukai anak, bahkan ada nama-nama yang dilarang syariat. Apalagi untuk mengubahnya pun akan membutuhkan proses panjang karena terkait dokumen resmi. Karena nama tersebut tercatat di akta kelahiran, ijazah, akta nikah, KTP, KK, SIM dan surat-surat resmi lainnya. 
Ciri nama yang baik adalah enak didengar, mudah diucapkan oleh lisan, mengandung makna yang mulia dan sifat yang benar dan jujur, jauh dari segala makna dan sifat yang diharamkan atau dibenci agama, seperti nama asing yang tidak jelas, tasyabbuh (menyerupai) nama orang-orang kafir dan nama yang memiliki arti buruk ~ Ust Marwan Bin Musa, konsultasisyariah.com**
Syaikh Al 'Alamah juga menambahkan, bahwa seorang ayah keliru apabila ia memilihkan nama yang tidak direstui syariat atau tidak dikenal dalam agama Islam. Apabila sebuah buku dapat dilihat dari judulnya, maka agama seseorang dikenal dari namanya. Bagaimana kita dapat membedakan nama-nama anak kaum Muslimin, jika ada di antara kita yang masih menggunakan nama orang-orang kafir? Selain itu, bukankah kita tidak pernah menemui orang kafir menggunakan nama-nama Muslim?

Nama yang indah, penuh doa dan disukai Allah adalah hadiah kedua yang wajib kita persembahkan kepada anak-anak kita setelah kita memberinya ayah/ibu yang baik. Dalam nama-nama mereka, kita siratkan harapan-harapan kita akan karakter dan masa depannya. MasyaAllah. Bahkan kita bisa mengajari mereka kebaikan sejak mereka mengenal nama mereka. Bunda menamaimu Aisyah, karena Bunda ingin Aisyah memiliki kepintaran dan kesholihan layaknya istri Rasululloh SAW, Ibunda Aisyah RA. Bunda menamaimu Umar, karena Bunda yakin, kelak anak laki-laki Bunda ini akan menjadi seorang pemimpin yang adil, seperti Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Indahnya~ 

Janganlah merasa tidak nyaman dengan nama-nama Muslim, apalagi merasa kita menuntut terlalu berat. Tunjukkan bahwa kita bangga menjadi seorang Muslim, dengan menamai anak-anak kita dengan nama-nama yang mencerminkan keagungan dan keindahan agamanya.


Sumber :
*Sufyan bin Fuad Baswedan, Ibunda Para Ulama, 2014
**http://www.konsultasisyariah.com/menyambut-kelahiran-si-buah-hati/

Komentar

  1. manis bgt mb Yumna nya...kayak nama jepang hihii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Gus, banyak yang ngira Yumna nama Jepang loh, padahal ada di Al Qur'an, Ashabul Yamiin (bentuk lainnya adalah Yumna) aka golongan kanan, dalam bahasa Arab artinya success, luck, blessed.

      Hapus

Posting Komentar

Hi, nice to hear your inner-voice about my blog. Just feel free to write it here, but please dont junk :)

Postingan Populer