{Catatan Facebook} : Revoluasi Memasak
Pertama-tama, saya tidak bermaksud menceritakan aib, atau bahkan jika ada yang seperti saya, saya tidak menganggapnya sebagai aib.
Setelah menikah, wajar bagi seorang istri bila bertambah kegiatan hariannya dalam rangka mengurus rumah tangga, salah satunya memasak. Di awal pernikahan, aktivitas memasak pasang surut karena alasan kuliah sampai malam. Pagi pagi sesekali berhasil memasak, sesekali ke kantor pun kejar kejaran dengan waktu. Ini pas masih dekat sama kantor, apalagi sekarang pas rumah agak jauh dari kantor. Pulang malam jadi alasan ogah bangun pagi-pagi banget untuk masak kecuali maemnya Yumna. Itupun bisanya baru yang praktis-praktis.
First of all, kenapa Lis ga bilang ini aib karena memasak bukan kewajiban istri. Memasak hukumnya berpahala bila dilakukan (karena berbuat baik pada keluarga) dan tidak berdosa jika tidak dilakukan. Bahkan suamilah yang memiliki kewajiban untuk menafkahi keluarga, termasuk detilnya menyiapkan makan, entah masak sendiri, entah beli, entah minta tolong asisten. Jadi, kalau di antara pembaca ada yang seperti saya tadi, pasang surut aktivitas masaknya, bahkan dengan alasan apapun. Its okey. Setelah membaca cerita saya sampai selesai dan masih mau menomorduakan memasak pun silahkan.
Saya -sebagai wanita yang ingin yang terbaik untuk suami dan anak - sebenarnya bukan tak punya niatan untuk konsisten memasak (salut banget buat yang sudah berhasil), sesekali saya punya tekad menggebu, namun sampai hari kemarin realisasinya masih sesuka hati. Sampai akhirnya alhamdulillah saya bertemu dengan Ustadzah Sri Vira Chandra dalam kajian Muslimah Lapangan Banteng. Maaf banget, karena saya yang koordinir kajiannya, temanya sebenernya semacam mewakili kegalauan saya, "Manajemen Keluarga Ibu Bekerja", manteeep!
Dalam tausiyahnya, Ibu Vira memberikan landasan utama pernikahan hingga akhirnya membahas point point penting yang harus dilakukan Ibu bekerja untuk mengelola rumah tangganya. Point lengkapnya insyaAllah akan saya paparkan di kesempatan lain. Kali ini saya membahas trik menjaga kesehatan keluarg lewat makanan, yaitu Hari Memasak Nasional. Hari apakah itu?
Sebenarnya saya yakin banyak di antara teman-teman yang sudah sering bahkan selalu melakukannya. Memilih satu hari dalam seminggu untuk memasak makanan satu minggu. What? Yap, Ibu Vira berprinsip pantang baginya ketika anaknya pulang ke rumah beliau tidak menyediakan makan. Sehingga sesibuk-sibuknya beliau, beliau tetap memegang erat prinsip tersebut.
Beliau memilih hari Senin sebagai Hari Memasak Nasional, beliau siapkan rendang siap makan, semur, aneka bahan tumis (wortel, jagung manis pipil, buncis, etc), bumbu putih, bumbu kuning dan sambal goreng. Menu harian dengan bahan-bahan tersebut ternyata sama sekali tidak membosankan, bisa banyak sekali variasinya.
Dari situlah saya terinpirasi untuk melakukan revolusi memasak, dan memilih Hari Memasak Nasional saya sendiri. Hari Sabtu. Alhamdulillah, hari ini sudah mulai. Saya sudah berhasil menyetok aneka bahan tumis. Saya juga berencana menyiapkan ayam, tempe dan tahu ungkep. Ternyata samsek tidak memakan waktu, kesemuanya kurleb 1,5 jam saja. Dan hari hari berikutnya tinggal saya kreasikan bahan-bahan tadi. Ahhh, rasanya bahagia
Jadi, meski memasak bukan kewajiban istri, melaksanakannya dengan sepenuh hati menjadikan kita lengkap dan lebih berenergi.
Semoga saya Istiqomah.aamiin.
Bagaimana,
Apa kalian tertarik?
Komentar
Posting Komentar
Hi, nice to hear your inner-voice about my blog. Just feel free to write it here, but please dont junk :)