Manfaat Secara Emosional dari Melahirkan Pervaginam
Ini lanjutan dari beberapa cerita
VBAC saya sebelumnya. Yang mau baca silahkan mampir ke wall FB saya ya (semoga
mau ya :P)
Pagi ini saya membaca tulisan
sahabat dan guru saya yang saya kenal semenjak saya ingin sekali melahirkan
normal setelah sebelumnya SC (its called VBAC : vaginal birth after cesarean),
ternyata bulan ini adalah "Cesarean Awareness Month", yaitu bulan
yang menandai awareness kita terhadap proses kelahiran dengan cara operasi.
NO, saya sama sekali tidak anti
SC. SC adalah anugerah. SC adalah pertolongan Allah yang diilhamkan pada
dotker-dokter kita. SC memberi banyak kesempatan nyawa tertolong. SC penting!
Tapi, kita semua juga perlu tahu,
bahwa SC bukan pilihan melainkan treatment khusus. Iya, treatment khusus yang
hanya diberikan kepada ibu yang memerlukan. Treatment khusus pada kondisi
khusus. Dan, karena kekhususannya, SC sebagai sarana kelahiran bayi diberi
persentase hanya 5-10% dari keseluruhan proses melahirkan (bisa search ya).
Jika ada 1000 kelahiran, maka hanya 50-100 orang saja yang diduga memerlukan
bantuan operasi untuk melahirkan anaknya. Namun, saat ini angka itu sudah jauh
terlampaui, tahun 2011, di US, tercatat 32% kelahiran dilakukan dengan operasi,
tiga kali lipat lebih besar dari angka yang ideal. Why? *silahkan direnungkan
***
Kembali pada tujuan dan keinginan
saya untuk bisa melahirkan normal setelah pernah SC, sejujurnya, SC saya sebelumnya
karena anak saya sungsang, iya, Yumna sungsang selama dalam kandungan, ia tak
pernah sekalipun dalam posisi yang seharusnya. Waktu itu, saya ternyata masih
terbawa trauma. Trauma karena kakak saya yang juga sungsang, meninggal setelah
1 jam dilahirkan per vaginam, saya tidak mau anak saya mengalami hal yang sama,
sehingga saya tidak satu kalipun berfikiran untuk melahirkan pervaginam. Jadi,
saya secara sadar memilih untuk melahirkan dengan operasi.
SC saya sendiri tidak
meninggalkan trauma setelahnya. Alhamdulillah tidak ada komplikasi pada Yumna,
maupun pada saya. Meskipun pasca SC saya pendarahan, itu murni karena HB saya
rendah dan kurang baik menjaga nutrisi pasca melahirkan. Luka operasi juga
sembuh dalam waktu yang cukup singkat. Tapi ada satu hal yang membuat saya
trauma,yaitu menyusui. Ya, saya gagal menyusui Yumna, Yumna hanya minum ASI
perah, itupun hanya sampai 5 bulan. Ketidakmampuan saya menyusuinya berubah
menjadi petaka bagi saya. Saya baby blues berkepanjangan, bahkan pernah terlintas
ingin mati saat pendarahan itu terjadi. Selama lebih dari 3 bulan saya merasa
minder. Saya ketakutan kalau kalau Yumna sakit karena tidak cukup ASI. Saya
takut Yumna tumbuh jauh dari Uminya, Dan seterusnya, Dan seterusnya.
Hidup saya kelam. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk menjadi ibu bahagia
agar saya mampu mendidik anak menjadi orang yang bahagia. Siapa lagi yang akan
menjadi ibunya jika bukan saya? Siapa lagi yang akan lebih bahagia selain saya
saat ia lahir? Saya memberanikan diri untuk menerima kenyataan dan bangkit.
Akhirnya saya berhasil bangkit. Saya maafkan apa yang telah terjadi. Saya
cintai diri saya dan anak saya, apapun adanya. Dengan segala kekurangannya.
Hingga suatu hari saya tau saya
hamil lagi. Ya, saat itu ketakutan saya mengalami hal yang sama seperti
kelahiran sebelumnya terngiang kembali. Dan buru buru saya menepisnya,
menggantinya dengan doa agar dimudahkan dan dilancarkan dalam kehamilan ini.
Entah mengapa saya percaya, jika saya bisa melahirkan per vaginam, maka saya
tidak akan mengalami baby blues lagi dan saya akan berhasil menyusui.
Saya memutuskan untuk memotong
mata rantai trauma saya dengan MEMBERDAYAKAN DIRI. Membekali diri saya yang
tidak tau apa-apa tentang kehamilan, kelahiran dan menyusui dengan ilmu. Saya
melakukan semua yang bisa saya lakukan untuk mewujudkan impian saya, melahirkan
pervaginam dan sukses menyusui,
Sembilan bulan berlalu, dan hari
yang dinantikan tiba. Alhamdulillah impian saya melahirkan pervaginam terwujud.
Saya pun sampai hari ini masih menyusui. Saya sangat bersyukur, Allah memberi
kesempatan kepada saya merasakan nikmatnya menjadi ibu, Iya, ternyata ketika
saya berusaha, saya bisa biidznillah. Saya merasa puas. Saya merasa bahagia,
Saya bersemangat. Saya 'terisi'. Inilah emotional benefits yang saya dapatkan
dari melahirkan pervaginam.
Dan di bulan "Cesarean
Awareness"ini, saya, mengajak semua ibu, untuk berani memberdayakan diri,
berani berjuang, berani mengedukasi diri dan keluarga, berani menjaga apa yang
menjadi prinsip, berani mengolah apa yang perlu dan apa yang tidak perlu,
berani kritis terhadap opini dokter, berani menyaring info yang tidak benar,
berani memimpikan kelahiran yang membahagiakan, yang menyehatkan, yang
menyemangati, yang membuktikan bahwa setiap ibu mempunyai kekuatan tersembunyi
yang sangat besar, yang Allah anugerahkan untuk setiap Ibu. Bila kita
memberdayakan diri saat hamil, insyaAllah risiko komplikasi pada saat
melahirkan berkurang. Sehingga kesempatan kita untuk bisa melahirkan pervaginam
pun meningkat.
Ibu, dulu kita pernah melahirkan
dengan cesar, tapi itu bisa kita cegah untuk kelahiran selanjutnya Bu. Sekali
dua kali bahkan tiga kali SC, bukan berarti seterusnya harus SC juga. Saya,
secara pribadi, mengajak Ibu untuk berani bercita-cita melahirkan per vaginam
dan menikmati rasanya.
Saya yakin, dengan kesadaran serta edukasi secara dini, ibu dan bayi dapat memilih opsi yang paling aman dan paling sehat untuk keduanya.
Sehat-sehat ya Ibu :)
saya juga lagi nunggu lahiran, jadi deg degan.. yang pertama alhamdulillah normal
BalasHapusWahh, semoga lancer, sehat semuanya ya Mak :)
HapusSaya nyimak aja Mbak hehe
BalasHapusHihi, sharing juga boleh Mak :)
HapusMbak lilis, terima kasih sudah berbagi. Aku juga baru caesar di persalinan kemarin, sedih hiks tapi insya Allah itu yang terbaik. Smoga aku bisa VBAC juga di kesempatan berikutnya. Aamiin :)
BalasHapusaamiin Ya Rabb, semoga Allah mudahkan persalinan yang kamu impikan untuk selanjutnya ya :)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusya, secara alami memang baik untuk melahirkan normal, tapi ada kendala yang harus dilakukan agar ibu dan anak selamat, itu saja. justru yang terpentng bagaimana kita sebagai ibu harus kuat sehingga kelak anak bisa terurus dg baik
BalasHapusIya Mak, jadi ibu harus kuat, begitupun ketika harus memilih yang terbaik untuk ibu dan anak, kec jika darurat :)
HapusHi.. My name is Lusi, currently I am doing a research about beauty blogger's influence in cosmetic buying intention in Indonesia for my thesis, it would be great if you can help me to fill in the questionnaire.
BalasHapushttps://docs.google.com/forms/d/1RsfM-dO9rATuCB1hqCuY4j5Ktl09MoIGZyEvaz5Rfb8/viewform?c=0&w=1&usp=mail_form_link
Thank you in advance
Saya merasa termotivasi mba.. Saat ini saya sedang hamil ke 2, 13w.. Anak pertama sy usia 2y5m.. Lahiran peratama sc. Sedang memimpikan VBAC pula.. Bolehkan kita sharing mba Lis? :)
BalasHapus