Bacpacking To Bandung 2# Dari Floating Market ke Alun-Alun Bandung


Hari keduaaakk ~

Hmm, setelah menahan sakit gigi dengan Paracetamol Extra (plis jangan ditiru, sebenernya ga disaranin untuk busui, tapi ga nemu asam mefenamat ) akhirnya lumayan bisa bangkit dari kasur dan bersiap untuk sarapan. Anak-anak mandi sama Abahnya,. Umi beberes dari malem jadi pagi pagi tinggal mberesin sisia baju kotor. Makan di lobi yang disinari cahaya matahari, lalala, alhamdulillah setelah kenyang kita segera pesen taxi online dan cuss ke Alun-Alun Bandung. Yayy!! 

Alun-Alun Bandung 


Alun-alun Bandung sama Masjid Raya Bandung itu 1 tempat ya gaes,jadi halamannya si masjid ya alun-alan ini. Sudah agak panas pas kita sampai di alun-alun. Karena Ali agak mual (dan akhirnya muntah), kami ganti baju dia dulu di pelataran masjid. Setelah itu saya bebersih di area wudhu wanita. Tadinya kami berpikir untuk menitipkan aneka printilan tas ke sebuah locker/penitipan barang. Tapi entah kenapa ga nemu (atau kami saja yang ga tau tempatnya dimana). Semoga kalau memang ga ada, suatu saat bakal ada ya. Enak banget kalau bisa asyik main di alun-alun dan area Asia Afrika tanpa bawa banyak gembolan. 

Di area alun-alun ga boleh pakai sendal atau sepatu, nah, ini juga kenapa Pemkot Bandung ga sediain loker (??) Jadi kudu siap plastik sendiri buat ngamanin sepatu/sendal kita (dan menurut saya kurang praktis ya). Semua orang tum[ah ruah disini, tapi karena sudah mulai panas, akhirnya pada duduk di pinggiran. Walopun disebut sebagai area restricted untuk berjualan, namun masih banyak pedagang yang secara diam-diam berjualan -aneka minuman, bola plastik, dll. Saya pun yang termasuk melarisi (aihh) mamang balon, karena bingung kalau kemari tanpa bawa mainan apa-apa ga bisa ngerti kudu ngapain (?). Akhirnya kami belilah 2 bola plastik seharga masing-masing Rp 10.000. Anak-anak main lari-larian sambil bawa bola. Dan saya mengabadikan momen aja pakai kamera seadanya. 


Adanya larangan buat berjualan sebenernya selaras dengan larangan tidak makan dan minum di area alun-alun. Kita diminta untuk bener-bener hanya bermain saja -tanpa embel-embel makan pagi bersama atau nyuapin anak :p-. Kalau mau makan, mereka meminta kita untuk pindah ke lokasi lain (yang sebenernya juga bukan tempat untuk makan). Di negara kita memang masih perlu siy kayak gini, karena budaya kita itu piknik sama dengan makan. Kalau ga ada larangan, dijamin itu alun-alun bakal cepet buluk kena tumpahan aneka makanan dan sampah bekas makanan. 

Next, karena semakin panas dan kami sudah bosen -padahal waktu keberangkatan kereta masih lama- akhirnya kami memutuskan untuk menelusuri jalan Asia Afrika. Terus bola plastik dikemanain niy? Ga mungkin kan kita bawa-bawa sepanjang perjalanan ngiter-ngiter aAsi Afrika? Hahaha, saya punya ide jitu, jual lagi bolanya ke mamang penjua bola -jual rugi siy, tapi gakpapalah itung-itung tadi kami sewa bola :p.

Sudah jadi khas di jalan Asia-Afrika, ada mamang dan teteh yang bercosplay sambil cari duit dari hasil tip. Kami sempet berfoto dengan salah satu pemeran robot (sayangnya saya ga paham bener itu rapat apa?) tapi sehabis itu ternyata Ali kurang suka dan ingin buru-buru lewat saja. 

Di jalan ini banyak kursi-kursi untuk duduk kalau mau bercengkerama dulu, tapi kami pikir segera saja menyeberang ke jalan Braga untuk cari cemilan. Pas lagi jalan ini juga kami lihat ternyata ada -semacam- bus pariwisata yang bakal mengajak kita keliling sekitaran alun-alun Bandung, tapi karena kami kurang paham dimana beli tiketnya, berapa lama untuk satu kali keliling, kami putuskan untuk tidak naik (next mungkin kami akan coba). Beberapa bulan lalu beberapa gedung di daerah ini sedang direnovasi, dan ternyata sekarang berubah menjadi gerai St*rbuck. Jalan-jalan disini childrenfriendly karena sama sekali tidak ramai dan pedestriannya lebar. Jadi meskipun Ali bersikeras untuk jalan saja daripada digendong, saya tidak terlalu was-was. 

Museum Konferensi Asia Afrika

Dari kiri atas : 1. Kak Una beraksi menyanyi di Museum KAA 2. Anak-anak berfoto di depan panggung Aula KAA 3. Mobil pariwisata 4. Gedung tua yang sudah diubah menjadi gerai St*rbucks

Sambil berjalan menuju jalan Braga, kami melewati sebuah museum (yang baru saja kami ketahui sebagai Museum KAA). Dan karena kebetulan sudah buka, jadi kami putuskan untuk masuk. Dan  ternyata seru juga museum ini. Walopun super sederhana -bener-bener hanya diorama dan poster- tapi anak-anak -mungkin karena baru pertama kali-, mereka cukup menikmati. Apalagi ternyata ada akses ke aula bekas konferensi dulu -lengkap dengan bendera negara negara peserta KAA dan kursi merah nan berwibawa-,  anak-anak senang sekali. 

Cikapundung Riverspot

Akses kelur dari museum ini adalah jalan yang pada hari minggu jadi semacam pasar kaget. Disana kami membeli es serut super besar Rp 15ribu saja, juga sosis bakar nikmat dan segelas besar jus mangga kekinian (Rp 20,000/gelas). Anak-anak suka sekali dengan es serut menggunungnya :p 

1. Shaved Ice yang mure dan ramee 2. Aneka penjual aksesoris 3. Taman bermain di Cikapundung Riverspot 4. Sayangnya beberapa bagian taman sedang dalam perbaikan 
Seselesainya menikmati es dan sosis bakar di bawah pohon rindang, mata saya tetiba tertuju pada sebuh tempat terbuka -yang saya tebak sebagai sebuah taman- karena penasaran, akhirnya kami pun ke sana. Ternyata memang sebuh taman -namun sepertinya sudah lama tidak terawat- yang baru saya ketahui namanya setelah kami beranjak pulang : Cikapundung Riverspot

Sebenernya konsepnya superkeren
CR ini merupakan salah satu upaya restorasi sungai di Kota Bandung termasuk untuk campaign supaya jaga kebersihan sungai sepertinya ya? Saya browsing pada tahun 2015 CR masih menjadi spot menarik untuk dikunjungi, misalnya saja ada pertunjukkan air menari setiap pukul 08.00-10.00 pagi dan 07.00-09.00 malam. Namun kemarin saat kami kesana air kolam sudah terlihat berlumut dan kotor >,< Semoga nantinya CR ini akan direvitalisasi lagi ya, masa belum ada 2 tahun sudah mandeg T,T 

Whatever, karena tulisan jalanjajan kali ini banyak banget kritikannya, saya mau menyampaikan bahwa overall liburan kami di Bandung menyenangkan. Pengalaman adalah salah satu cara kita mewariskan kepada anak-anak bagaimana dunia ini berjalan kan? Supaya mereka juga tahu bahwa di dunia tidak hanya ada dia dan keluarganya, tetapi ada orang lain dan lingkungan yang kudu diberi perhatian dan dijaga keindahannya. Juga supaya mereka menghargai kreativitas dan karya orang lain serta berusaha menjadi bagiannya. 

Surely we will backpacking to Bandung anymore someday :)
Thank you, Bandung


Komentar

Postingan Populer