Mama & Literasi Indonesia



Mama, miris ga siy kalau tau ternyata peringkat literasi Indonesia di dunia itu bener-bener di ujung tanduk, nyempil di 2 nomor terbawah? Penelitian terbaru yang diselenggarakan oleh World's Most Literate Nations, dan disusun oleh Central Connecticut State University tahun 2016, peringkat literasi kita berada di posisi kedua terbawah dari 61 negara yang diteliti! Indonesia hanya lebih baik dari Bostwana, negara di kawasan selatan Afrika. Fakta ini didasarkan pada studi deskriptif dengan menguji sejumlah aspek. Antara lain, mencakup lima kategori, yaitu, perpustakaan, koran, input sistem pendidikan, output sistem pendidikan, dan ketersediaan komputer. Kondisi ini bahkan belum beranjak dari hasil survey tahun 2012 yang diselenggarakan oleh PISA 4 tahun yang lalu loh!💆💆💆

Fakta mencengangkan lain, UNESCO (2012) melansir indeks minat baca Indonesia masih pada angka 0,001 dimana artinya, dari 1000 orang penduduk Indonesia, hanya 1 orang saja yang dapat dikategorikan memiliki minat baca. Jika jumlah penduduk kita waktu itu sekitar 250juta orang, maka hanya 250.000 orang yang memiliki minat baca 😓 Padahal, jika kita cek pengguna internet di Indonesia di tahun 2014 saja, jumlahnya sudah mencapai 88,1 juta orang (yang pasti sudah berkali lipat hingga hari ini).

Pada tahun 2012 pula, BPS melakukan riset tentang minat baca dan minat menonton anak Indonesia. Hasil surveynya bikin saya meringis sekaligus merinding juga. Survey menunjukkan bahwa hampir semua anak Indonesia suka menonton TV (91,67%), dan hanya 17,66% nya yang memiliki minat baca.

Kenapa siy angka literasi ini penting untuk kita soroti? Supaya Mom pembaca semua sepaham, mari kita bahas dulu apa sebenernya literasi itu. 

National Institute for Literacy, mendefinisikan literasi sebagai "Kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat." Definisi ini memaknai literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu. Di lain sisi, Education Development Center (EDC) menyatakan bahwa literasi lebih dari sekedar kemampuan baca tulis. Namun lebih dari itu, literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki dalam hidupnya. Dengan pemahaman bahwa literasi mencakup kemampuan membaca kata dan membaca dunia.

Dengan definisi yang super ini, literasi menjadi hal penting untuk kita perhatikan. Semakin baik tingkat literasi, semakin baik pula kemampuan bertahan hidup seseorang karena kemampuan membaca yang mumpuni mendorong ekskalasi pengetahuan yang dimiliki dibanding orang lain yang kemampuan membacanya rendah. Knowledge is power! 

Memulai pekerjaan besar butuh pekerjaan yang lebih kecil. Bercita-cita menyundul peringkat literasi Indonesia di antara negara-negara lainnya, tentu saja tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat. Harus dilakukan secara massive dan berkesinambungan. Seperti kita ketahui bersama, bahwa rumah adalah awal pendidikan sebuah generasi. Dan ruh pendidikan sebuah rumah adalah mama (ihiiy). Karena bagaimanapun, pendidikan kitalah yang akan membentuk mereka sejak masa emasnya. Ya ga siy? 

Nah, mari memulai dengan menyediakan sebanyak banyak buku berkualitas di rumah. Tentu saja bukan karena mama-mama lain membelikan buku untuk anak-anaknya -please, jangan merasa sebagai social pressure-. Namun kita menyediakan buku di rumah karena memang kita berharap anak-anak dekat dengan buku dan mencintai buku sehingga literasinya baik.

Untuk bisa mewujudkan impian tersebut, menurut saya harus dimulai dari diri sendiri. Jadi, peran mama bukan hanya membelikan dan menyediakan buku-buku berkualitas namun lebih dari itu adalah sebagai inspirator kecintaan terhadap aktivitas membaca dan berpikir. Tanpa kemampuan membaca yang baik, mustahil bagi kita -minimal menurut saya- mampu mencetak anak-anak yang memiliki kemampuan membaca yang baik. Jadi, mamapun harus memahami bagaimana membaca buku yang efektif dan memberi manfaat. Jangan sampai tuduhan seorang mama disana bahwa kita hanya pandai men-share hoax benar-benar menjadi kenyataan (duh!). Intinya mama pun harus memberi teladan kepada anak-anak bagaimana mampu mengolah informasi dari sebuah buku. 

Loh membaca saja mah anak-anak sudah pada bisa ga perlu saya ajarin terus. Nah, sayangnya literasi tidak berhenti pada tidak buta huruf alias bisa membaca. Lebih dari itu, memiliki kemampuan literasi artinya seseorang mampu mengolah informasi dari sebuah data/cerita/berita yang ia baca. Ketika ia ditanya apa isi bukunya, maka ia bisa menjabarkan. Ketika ditanya tanggapannya tentang apa yang dituliskan, ia bisa memberi pendapat. Jadi, literasi tidak berhenti pada penghapusan jumlah orang buta huruf.

Untuk bisa memahami sebuah informasi, seseorang haruslah memiliki fokus yang baik. Konsentrasi yang optimal. Tanpa itu, niscaya hilanglah semua informasi yang dibaca tanpa proses pemahaman dan pengolahan di benak/otak kita. Bagaimana supaya konsentrasi kita baik? Belajar, konsentrasi harus dilatih. Bahkan Doktor Maria Montessory mengatakan bahwa salah satu pendidikan terpenting bagi seorang anak di usia balitanya adalah pendidikan berkonsentrasi. Peran mama? Tentu saja memfasilitasi anak dngan kegiatan-kegiatan yang melatih konsentrasi dan menghindarkan anak terpapar gadget berlebihan, dimana gadget menurut penelitian telah diketahui dampak buruknya terhadap kemampuan fokus dan konsentrasi.


Wahh, panjang yaa, kenapa semuanya ditumpahkan ke mama? No, mama.Peran ini peran penting. Kita harus bersyukur sekaligus bangga bahwa peradaban baik -semoga- kelak lahir -salah satunya- dari tangan-tangan kita, dari anak-anak yang setiap hari kita bersamai tumbuh kembangnya, dari jiwa-jiwa yang kita temani dan isi dengan pendidikan yang baik, termasuk kita ajari skill membaca yang berguna untuk diri dan masyarakat kelak.

Tentu saja need a village to raise a children tetap berlaku. Dengan support system yang baik, cita-cita meningkatkan kemampuan literasi anak Indonesia akan menjadi jauh lebih mudah. Support system itu saya harapkan datang dari berbagai pihak, Pemerintah dengan program perpustakaan umum, juga komunitas-komunitas baca, sekolah, serta sesama mama.

Keep fighting and enjoy read!



***

Sumber Data 
http://www.republika.co.id/berita/koran/didaktika/14/12/15/ngm3g840-literasi-indonesia-sangat-rendah
https://tirto.id/literasi-indonesia-yang-belum-merdeka-bBJS
http://www.femina.co.id/trending-topic/peringkat-literasi-indonesia-nomor-dua-dari-bawah

Komentar

  1. alhamdulillah perpus sekarang bagus2 ya, demi mendukung program literasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah, perpusnas juga sekarang lebih ramah anak

      Hapus
  2. Aku suka banget baca ini... Bagus banget mbaaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, terima kasih sudah mampir Mba Inun :)

      Hapus
  3. Bagus banget sharing literasinya Mb Athiah..sayang perpus di rmh bocor dan blm ada dana untuk merenovasi jendela biar lebih terang.
    Betul sekali klo emak2 hrs bs mjd pelopor pendidikan (baca; literasi) ... Pendidikan yg utama adalah rumah dan ibu sbg teladan nya..ibu penyuka tv anak jg penyuka tv, begitu pula bila ibu cinta buku maka insya'allah anak jg cinta buku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. MasyaAllah Mak Far udah punya perpus, iriii

      Saya juga bermimpi punya perpus pribadi yang publik (cakep bangets duh), buku yang sudah kami pastikan isinya baik dapat dipinjam siapa saja, kaya miskin, terpandang ga terpandang, besar kecil, tua muda, gimana ya mulainya? 😅

      Hapus

Posting Komentar

Hi, nice to hear your inner-voice about my blog. Just feel free to write it here, but please dont junk :)

Postingan Populer