Ilmu dan Sikap Kita Kini

Ini sudah memasuki minggu pertama perkuliahan Matrikulasi IIP.  Kebetulan banget materinya setema dengan perkuliahan online di HSI Abdulloh Roy yang juga sudah mulai berjalan. Tentang adab sebelum ilmu atau Syaikh Sholeh bin Abdillah Al Utsaimi menyebut sebagai pengagungan terhadap ilmu. Pada intinya, barangsiapa memiliki adab terhadap sebuah ilmu, maka akan mudah baginya memperoleh ilmu itu serta merasakan keberkahannya.



Sayangnya mengagungkan ilmu itu ga mudah di jaman kini. Selain ga banyak orang yang paham apa itu adab terhadap ilmu, kecanggihan IT dan kemudahan meperoleh informasi di masa kini seringkali membuat kita terlena. Saya merasa, kondisi tersebut membuat kita menjadi orang yang jauh dari ciri seorang pengagung ilmu. Kebiasaan copy-paste tanpa mencantumkan sumber, menjelek-jelekkan ulama karena kesalahannya (jika memang benar salah), menyebar hoax, menghilangnya sikap "konfirmasi terlebih dahulu sebelum berkomentar" dan banyak lagi sikap-sikap lain yang tidak akan dilakukan oleh seorang pengagung ilmu. Na'udzubillah. Selain itu, terbiasa mendapat ilmu secara gratis, seringkali membuat kita menganggap remeh bahkan mencibir guru yang mengajarkan ilmu dengan kewajiban membayar, bahkan ketika panitia menyediakan kotak infaq, kitapun infaq "seadanya saja", seolah olah kita bukan orang yang membutuhkan ilmu. Seolah olah kita yakin bisa mendapatkan ilmu itu tanpa harus mengeluarkan energi dan biaya. Benarkah?

Semenjak belajar kembali tentang materi pengagungan ilmu di kelas matrikulasi dan di HSI, saya jadi lebih hati-hati dalam  belajar. Saya tanamkan kembali dalam diri saya sikap dan ciri pengagung ilmu. Saya berharap bisa menjadi murid yang pantas untuk memperoleh kemudahan menuntut ilmu dan merasakan manfaatnya untuk kehidupan saya.

Btw, emang kenapa siy perlu berilmu? Kalau saya sendiri, karena saya tau saya ini fakir. Fakir ilmu. Banyak hal yang saya tidak ketahui bagaimana ilmunya. Padahal umur saya terus berjalan. Saya tidak tahu kapan argonya akan berhenti. Saya harus mengambil keputusan setiap saat, dan setiap keputusan itu harus saya pertanggungjawabkan kelak. Jadi mana mungkin saya bersikap sembarangan? Saya harus punya ilmunya. Karena hanya dengan ilmulah saya tidak akan salah tujuan.

Ada banyak titik kehidupan yang mengingatkan saya tentang pentingnya berilmu sebelum beramal. Yang paling saya ingat salah satunya adalah saat saya berada di bangku kelas 2 SMA. Saat itu saya mulai mengenal Allah jauh lebih jelas dibanding sebelumnya. Saya mulai menyadari bahwa saya hidup karena ijin-Nya. Dan bahwa kelak saya akan kembali kepada-Nya. Saya sadar hidup ini bukan permainan sandiwara. Saya bertanggungjawab atas perbuatan saya, tepat setelah saya dinyatakan baligh oleh Allah. Tapi saya baru menyadarinya 4 tahun kemudian. Kemana saja saya selama ini? Dari situ saya menyadari bahwa saya butuh banyak asupan ilmu agama. Karena saya yakin hanya dengan mengenal Allah-lah saya akan mengenal diri saya dan kenapa saya dihidupkan Tuhan di dunia. Hanya dengan memahami Al Quran dan Al Hadist lah saya akan selamat di dunia dan di akhirat. Maka jika saya ditanya ilmu apa yang menjadi prioritas utama dalam kehidupan ini, maka jawabannya adalah ilmu agama saya, Islam. 

Dulu saya merasakan betul bahwa menuntut ilmu agama itu semacam kewajiban yang mau tidak mau harus saya lakukan, Namun semenjak mengikuti perkuliahan online dengan materi yang runtut di HSI saya merasakan kenikmatan menuntut ilmu kembali. Saya merasa senang saat mencatat materi harian setiap pagi dan mengerjakan tugas harian dengan sebaik-baiknya. Saya merasakan sekali setelah memahami pentingnya mengagungkan ilmu, menuntut ilmu adalah amal yang sangat disukai Allah, sehingga saya merasa nyaman mengerjakannya bahkan meski saya harus mencuri waktu belajar sebelum pekerjaan saya di kantor dimulai. Dari situ juga akhirnya saya semakin meyadari bahwa ilmu-ilmu yang kita pelajari akan jadi berguna hanya jika merasa butuh dengan ilmu itu dan bersikap pantas untuk mendapatkannya. Kita harus punya rasa CINTA TERHADAP ILMU. 

Kecintaan terhadap ilmu tidak berhenti pada mencatat, menghafal, apalagi nilai yang bagus (jika memang ilmu itu menuntut sebuah ujian untuk dinyatakan memahami), lebih dari itu, kita juga harus MENGHORMATI GURU SANG PEMILIK ILMU. Tanpa saya sadari, dengan perkembangan jaman yang semakin terbuka dan kemudahan memperoleh informasi semakin banyak, penghormatan kita kepada pemilik ilmu menurun. Kita beranggapan bahwa yaudah ga ada gurunya gakpapa, kan ada Google. Hmm, hmm, hmm. Google sama sekali ga salah. Tapi kitalah yang ga bijak. 

Untuk itu saya mulai menata kembali strategi saya menuntut ilmu dengan menghadiri kajian-kajian. Saya hadir kembali ke majelis ilmu dan bertatap muka dengan sang pemilik ilmu. Saya mulai menyadari pentingnya memberi hadiah kepada guru-guru saya dan mengagungkan mereka seperti halnya mengagungkan bos kita di kantor (bahkan seharusnya lebih lagi). Lebih hati-hati ketika akan menyampaikan ilmu, lebih hati-hati ketika mendengar kabar buruk tentang guru dan lebih dari itu semakin mencoba memantaskan diri untuk bisa Allah ijinkan menjadi seseorang yang diberi keagungan ilmu. Aamiin, ya mujibasailin.









Komentar

  1. 😍😍😍😍 selamat bergabung di iip mbak. Iya ya, penting banget memang kita mendahului adab sebelum ilmu. Biar kita bisa tabayyun pada setiap info/berita yg kita baca/dengar. Karena mencari ilmu yg berkah mnjd pedoman kita kini dan nanti 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Mak,
      Mak Emir member IIP jugakah?
      Bener banget, karena tanpa sikap kayak gitu, percuma aja kita bakal susah belajar >,<

      Hapus

Posting Komentar

Hi, nice to hear your inner-voice about my blog. Just feel free to write it here, but please dont junk :)

Postingan Populer