Menikah, Lalu Mekarlah


Tetiba kemarin pulang kerja si Mas heboh banget dong. Di sepanjang jalan pulang bilang kalau udah ambil paspor di kanim Depok. Maksud saya, ya emang alhamdulillah siy kalau udah jadi, tapi keknya reaksinya ga segitunya deh :p Terus pas sampai rumah masih tetep bahas, what, iya, tetep bahas lagi. 

Eh tetiba mas suami bilang gini, "Lihat deh fotonya, sekarang Umi lebih cantik loh, auranya keluar" DEG! Benarkah? Di tengah terpaan yang tak bisa dihindari bahwa usiaku segera menuju kepala tiga ? Aku jadi lebih cantik ? Hmm, baiklah, kalem, cek dulu aja kali ya fotonya, deg degan kalau kalau si mas cuma bersweetlips (mulut manis ? :p) Eh ternyata bener, mukaku berbedza dengan jaman bikin paspor tahun 2012, 5 years ago lohh! Hari ini foto saya terlihat jauh lebih fresh dan "punya kharisma". Ih narsisss ya. Biarin! 

Terus hubungannya sama judul apaan mom? 

Mom pengen bikin opini, kalau menikah itu menurut mom akan membuat seorang gadis mekar. Mekar bak bunga bunga nan indah tiada tara. 

Mekar apanya ? Badannya? 

Mungkin. Tapi yang jelas mekar jiwanya.

Beneran

Ya ga tau siy, tapi yang saya rasakan begitu. 

Oiya, sebelum lupa, disini bukan berarti saya menganggap bahwa wanita single lebih buruk. Karena jodoh kan datangnya dari Allah. Bener-bener bakal kejadian kalau Allah sudah mengijabah. Jadi titik bahasnya bukan pada perbandingan antara wanita menikah dan wanita belum menikah. Namun lebih kepada pandangan saya bahwa tidak seharusnya seorang wanita merasa takut untuk menikah. Karena ketika seorang wanita menikah, jiwanya memiliki sarana untuk menjadi lengkap dan utuh. Fitrah femininisme akan mekar saat seorang wanita telah menyandang peran sebagai istri dan ibu.

Saya baca akhir-akhir ini banyak sekali moms yang nulis cerita soal segala kebaperannya pasca menikah di sosmed, susah me time, kudu stock sabar menghadapi suami dan anak, kudu nebelin omongan mertua dan tetanggalah, ga bisa jaga body, pokoknya yang berat-berat deh. Ya memang bener siy itu semua problematika yang bakal ditemui ketika seorang wanita menikah (dan menjadi ibu). Tapi bukannya disitulah jiwa seorang wanita ditempa dan diberi tempat untuk tumbuh?

Wanita itu fitrahnya punya jiwa lebih lembut, lebih menyayangi, lebih rempes daripada laki-laki. Ya tapi memang itu yang dibutuhin dalam menjalankan perannya sebagai istri dan ibu. Seorang wanita yang ga menikah bisa saja menyalurkan fitrahnya tersebut, tetapi bakal lebih terasa jika yang diurus adalah suami dan anaknya sendiri.

Intinya, jangan sampai stigma stigma yang muncul di masyarakat tentang wanita yang sudah menikah itu jadi halangan apalagi barrier untuk menuju jenjang pernikahan. Apalagi kalau sudah terlanjur memiliki hubungan dengan seorang lelaki, mending dihalalin segera atau stop sampai disini! Adanya fenomena ibu-ibu muda yang mengeluh di medsos tidak seharusnya menjadi alasan untuk tidak menikah, sebaliknya kudu menjadi pertimbangan agar mempersiapkan pernikahan (hidup setelah menikah loh ya, bukan resepsinya -aja-) dengan lebih matang.

Nah, itu dia bocorannya. Mempersiapkan kehidupan pernikahan secara matang adalah salah satu kunci seorang wanita kelak akan mekar sempurna pasca menikah. Ujian tentu saja tetap akan hadir, tapi jiwanya sudah siap belajar dan sudah ada bekal.

Usia pernikahan saya memang belom bisa dibilang lama, wong baru lewat 5 tahun Maret lalu. Tapi semoga pengalaman saya selama 5 tahun ini bisa jadi sharing sekaligus pengingat bagi saya atas keputusan saya menikah dulu.

Saya soroti masih ada pasangan muda yang mempersiapkan pernikahan sebatas sampai resepsi, mau diadain dimana, tema apa, baju dari desainer siapa, seserahannya apa, make upnya gimana, tapi lupa bahwa jalan panjang pasca pernikahan jauh lebih banyak butuh persiapan. Ya minimal keduanya jalan barenglah. Sembari nyiapin resepsi yang bisa dikenang, sekalian ikut seminar pranikah, baca buku tentang kehidupan rumah tangga, tentang kesehatan keluarga, belajar masak, belajar mengelola keuanga keluarga. Biar "senjata"nya lengkap! Apalagi kalau kita punya cita-cita sebagai keluarga yang berpengaruh di masyarakat, bermanfaat untuk sesama, dan sehidup sesurga. Tentu saja butuh effort lebih.

Kedua, kuncinya adalah terus menerus mau belajar. Katanya kebahagiaan itu tentang bagaimana kitanya. Begitu juga dengan kehidupan berumah tangga. Kenal lama dengan calon pasangan bukan jaminan akan punya relationship yang awet. Tetap butuh penyesuaian secara terus menerus. Kalau hubungan katanya tetiba asem, ya kita jangan diem. Kita angetin lagi. Terus menerus. Ga cuma sama pasangan, tetapi juga sama keluarga besar dan tentu saja anak anak kita sendiri. Kemampuan untuk mau belajar ini modal yang kudu banget dimiliki secara konsisten mengingat setiap orang berubah seiring usia dan pengalaman.

Saya jadi gatel pengen sharing foto-foto para gadis yang menurut saya lebih mekar saat sudah menikah, tapi saya sebutin saja deh ya. Menurut saya, Andien dan Zaskia Adya Mecca salah duanya. Andien dengan segala passionnya menikmati hamil dan mengurus anak, juga Zaskia yang sekarang baru saja melahirkan anak keempat. Auranya lebih keluar pasca menikah. Mungkin diantara kalian bakal ada yang komen, yaiyalah artis, banyak duit buat perawatan, ada nanny, lalala. Jangan lupa bahwa cantik itu tidak melulu soal fisik. Kalau saya nyontohin foto paspor saya before and after marriage itu buat perbandingan mudahnya aja. Kita bisa merasakan sendiri bahwa pernikahan yang bahagia akan membuat jiwa seorang wanita lebih cantik luar dalamnya.

Para istri, yuk mulai optimis dengan pernikahan yang sudah kita mulai. Dan para singlelillah, yuk optimis untuk mengambil peran menjadi istri seseorang. Menikahlah, lalu mekarlah.


Komentar

  1. terus n tetep belajar ya mba, apalagi klo sudah menikah peernya makin banyak ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu sikap diri yang ga boleh lekang oleh ((ZAMAN)) menurut saya Mba 🤗

      Hapus

Posting Komentar

Hi, nice to hear your inner-voice about my blog. Just feel free to write it here, but please dont junk :)

Postingan Populer