Dunia Dari Layar Smartphone
Semenjak ada masalah yang belum terselesaikan, hati saya jadi kurang tenang. Tidurpun tidur-tidur ayam saja. Rasanya memang tidak bisa tidur senyenyak biasanya. Begitu pula malam ini, saya terbangun dengan tiba-tiba. Dari layar smartphone, saya tahu saat itu masih pukul 01.09 WIB. Terlalu pagi untuk memulai hari. Dan terlalu sulit untuk beranjak tidur kembali. Akhirnya saya memilih berselancar di dunia Instagram.
Awalnya saya iseng melihat daster-daster cantik yang akan open order besok. "Wah ada ga ya budgetnya, mana cantik-cantik banget", batin saya. Tapi demi memenuhi nafsu daster cantik, habislah waktu scrolling akun IG penjual daster tadi. Tetiba hampir 15 menit berlalu. Lanjut buka Instastory akun-akun yang saya follow. Dan berakhir explor akun-akun lain di Instagram.
Eh, kok ada seorang mba cantik dengan dua anak dan sepertinya beliau sedang hamil. Siapa ya? Oh, Mba Melati (bukan nama sebenarnya). Ih, idola banget ya? Cantik, sholihah, anak-anaknya sehat. suaminya juga sepertinya sholih dan sayang banget sama dia. Mulailah batin saya berkeliaran memberi penilaian dari sebuah foto. Belum puas melihat satu foto, jari saya memencet akun IG Mba Melati. Wow, followers-nya 10 juta. Ketakjuban saya berlanjut.
Setelah klak-klik beberapa foto, saya berhenti di sebuah foto pernikahan. Dari caption Mba Melati dapat disimpulkan bahwa yang menikah adalah adiknya, si bungsu. Disitulah keisengan saya muncul, tergelitik dengan ratusan komentar di foto itu, isinya apa sih?
Sebenarnya tidak aneh kalau satu foto saja komentarnya ratusan, follower-nya saja 10juta ye kan? Tapi uniknya, di antara ratusan foto itu, ada saja komentar yang membuat saya tercengang. Begini amat ya dunia maya? Dari beberapa komentar yang masuk, saya screenshot komentar unik untuk kita renungkan bersama.
Saat Kita (Tanpa) Sengaja Mengurusi Hidup Orang Lain Terlalu Jauh
Seperti apa sih mengurusi hidup berlebihan menurut saya? Seperti komentar netizen ajaib berikut.
Lha kalau ternyata memang yang bersangkutan menikah di usia muda apa ada yang salah? Sometime kita menyampaikan komentar yang bukannya positif malah cenderung negatif. Bahkan sampai tega menyebut "aneh", padahal pernikahan yang dilangsungkan sah :) Kalau begini yang aneh siapa?
Pernah tidak kita berpikir bahwa orang lain berbuat salah di mata kita? Dan dengan semena-mena kita memberi pendapat tanpa diminta, dengan nada kurang enak pula. Jangan lupa siapkan rem sebelum berkomentar di dunia maya.
Saat Kita Menggunakan Ukuran Sepatu Sendiri untuk Mengukur Kaki Orang Lain
Ukuran kaki kita tidak selalu sama dengan ukuran kaki orang lain. Jadi, alangkah tidak bijak menggunakan ukuran sepatu kita untuk mengukur kaki orang lain. Kadangkala mungkin pas, tetapi sangat mungkin berakhir tidak pas.
Seperti komentar berikut, apa benar semua orang berkenan melewati usia tertentu untuk menikah hanya karena merasa tidak bebas? Belum tentu. Apakah menikmati masa gadis artinya memilih menikah di usia lebih tua? Belum tentu. Thats why kita harus lebih bijak dalam mengukur kaki orang lain.
Saat Kita Kebablasan Berbicara Pada Orang Yang Tidak Kita Kenal
Saat kita berselancar di dunia maya, kadangkala kita jadi lepas kendali. Karena -entah kenapa- kita merasa tingkah polah di dunia maya tidak seberdampak tingkah polah di dunia nyata. Dan karena itu pula seringkali kita juga jadi kurang sopan. Semisal netizen berikut.
Terkait dengan pakaian yang orang pakai, makanan yang orang makan, aksesoris yang mereka kenakan, keep shut our mouth up. Dan jika memang niat kita tulus untuk menasihati atau memberi info, yang kira-kira akan mempermalukan orang tersebut jika diketahui orang lain atas kesalahannya, pakailah jalur pribadi. Jangan tuliskan komentar nasihat (apalagi jika ternyata lebih ke arah tuduhan atau judgement) di laman publik yang tertuju pada satu orang saja. Karena kalau belajar dari peristiwa seperti ini beberapa tahun ke belakang, selalu akan ada korban. Padahal seharusnya nasihat menasihati itu momen yang memberdayakan bukan malah mem-bully.
Dunia dari layar smartphone adalah dunia baru dengan karakter baru namun sebenarnya memiliki tatanan yang tidak jauh berbeda dengan dunia nyata. Selalu ada trendsetter, selalu ada follower. Selalu ada yang fokus berkarya, namun banyak pula yang fokus berkata-kata saja. Dunia dari layar smarthphone bisa menjadi sarana perbaikan diri di dunia nyata. Tetapi sangat bisa merusak.
Seperti halnya dunia nyata. dunia yang kita lihat di layar smartphone kita berjalan di atas kebijaksanaan para penghuninya. Ketika di dunia nyata kita kehilangan kenyamanan saat ada yang tidak bertanggungjawab atas perilakunya, maka begitu juga dunia dari layar smartphone kita. Sudah saatnya kita bangun dunia maya menjadi dunia yang bisa kita wariskan pula kearifannya kepada keturunan kita kelak. Saya cuma tidak habis pikir jika saat ini Anda memilih untuk mengumpat, menghujat atau julid di dunia maya, suatu saat tulisan Anda itu akan dibaca oleh anak cucu. Saya sendiri tidak yakin apakah masih punya muka jika anak cucu saya tau masa muda saya di dunia maya tidak cukup baik untuk dikenang.
Komentar
Posting Komentar
Hi, nice to hear your inner-voice about my blog. Just feel free to write it here, but please dont junk :)