Untuk Semua Mama Jagoan




Sebuah suara tetiba memecah keheningan gerbong kereta pagi ini. Saat kereta sedang penuh-penuhnya. Seorang mama sepertinya, karena setelah suara khas seorang mama terdengar pula suara khas anak laki-laki -sedang merajuk. Awalnya sang mama cukup sabar untuk meladeni, tapi kemudian suaranya sedikit meninggi setelah sang anak  malah semakin merajuk. Sesaat terlintas dalam pikiran saya, apakah kelak saat anak anak bisa saya tinggal tanpa pengasuhnya, saya juga akan mengalami hal yang sama. Meladeni anak merajuk via video call karena sang anak tidak menemukan apa yang ia cari.

Dilema memang, bagi kami para mama commuter -sebutan saya untuk para mama yang bekerja dan menggunakan moda commuter line setiap hari- harus bangun pagi-pagi dan pergi pagi-pagi (pula). Tentu jika kami tidak mau terlambat. Mau tak mau, manajemen waktu dan manajemen emosi harus baik. Karena bagaimanapun kondisinya, kantor dan rumah harus berjalan beriringan dan tidak saling meniadakan. Ketika menjadi mama bekerja sudah menjadi pilihan, maka segala manfaat dan risikonya pun harus kita terima dengan lapang dada.

Mengingat keputusan untuk keluar rumah setiap weekdays membutuhkan banyak strategi, penting sekali untuk memastikan bahwa niat bekerja kita memang murni untuk kebaikan bersama. Loh memangnya ada niat kerja yang ga baik? Ya sangat mungkin ada. Biarlah hati kita masing-masing yang menilai niat di hati terdalam itu untuk apa. Kalau saya sendiri sebagai Muslimah, ga pengen peran Ibu jadi ternomorduakan karena saya kerja. Keluarga tetep nomor 1. Nah, jadi yang saya pastikan pertama kali adalah keikhlasan Mas Suami (udah pernah dibahas disini ya soal keputusan untuk kerja). Kedua, pemahaman anak. Bahwa Umiknya bekerja itu bukan karena sekedar materi saja. Melainkan saya pengen potensi yang Allah titipkan ke saya secara optimal dapat berguna buat masyarakat dan negara (dengan cara terbaik yang saya mampu). 

Ada orang bilang, lah kamu ga kerja juga ada kok yang bakal ngerjain kerjaan kamu, thats right, opini tersebut juga bisa bener, saya ga pungkiri kalau saya ngga ngantor kerjaan saya juga ada yang handle. Tapi kan saya ke kantor ga cuma untuk kerja (aka menyelesaikan pekerjaan). Saya bisa mengenalkan nilai-nilai Islam di kantor, saya bisa mengajak emak-emak yang kerja juga untuk belajar parenting, saya bisa ajakin adek-adek kajian juga di kantor. Kalau pertanyaan selanjutnya, apakah itu semua bisa ditukar dengan anak-anak? Saya ga tau jawabannya. Karena saya ga pernah menukar anak-anak dengan pekerjaan saya. Anak-anak ya tetap saya isi kantong-kantong kasih sayangnya. Tetep saya temani kalau dia sakit. Dan jangan sampai juga kita lupa bahwa yang jagain anak-anak itu bukan kita, tapi Allah. 

Lilis ga pernah terbersit untuk resign Resign itu bukan perkara mudah bagi saya. Karena yang saya hadapi bukan hanya diri saya sendiri melainkan anak-anak dan suami. Kalau saya resign, saya tetap  pengen mengkaryakan diri yang terbaik dan tidak mengeksklusifkan diri untuk mengurusi anak-anak saja. 

Saya tidak mau baper dan terus menerus mengutuki diri karena pilihan ini. Saya memilihnya dan saya bertanggung jawab atasnya. Jika memang sudah memutuskan menjadi Ibu bekerja, ya ayok kerja yang terbaik dan bangun support system. Mulai dari suami, pengasuh/day care  atau kelak -sekolah anak-anak, dan tentu saja lingkungan rumah. Lets enjoy and do our best! Percayakan kepada Allah apa-apa yang tidak bisa kita tangani. Semoga Allah mempermudah segala hajat dan hidup kita.

Saya jadi teringat salah satu materi kuliah di Institut Ibu Profesional, Bu Septi menyampaikan bahwa pada dasarnya semua Ibu itu bekerja, ada yang memilih bekerja di ranah publik dan juga domestik, ada yang bekerja di ranah domestik saja. Keduanya memiliki tuntutan yang sama untuk benar-benar mendidik diri menjadi ibu yang profesional. Bukan berarti ketika sudah memilih resign maka titel ibu terbaik segera tersandang. Begitu juga sebaliknya, bukan berarti ketika seseorang berani memilih menjadi Ibu bekerja di ranah publik juga kemudian merasa lebih keren dari Ibu yang hanya bekerja di ranah domestik saja. Keduanya baru dikatakan profesional dan sukses ketika suami dan anak-anaknya telah merasa puas dengan "kinerja" sang Ibu. 

Sudah saatnya berhenti dari perbincangan mana yang lebih baik. Karena setiap pribadi unik, setiap keluarga unik. Maka jalan kesuksesannya pun unik. Daripada habis energi siapa Ibu yang lebih baik dari siapa, lebih baik kita satukan kekuatan untuk membangun masyarakat yang saling memberdayakan.

***
Sebagai bagian dari rasa hormat saya kepada seluruh Ibu, baik yang bekerja di ranah domestik (saja) maupun yang memilih bekerja di ranah publik juga, saya ingin mengadakan giveaway. Hadiahnya ada 1 paket berisi buku-buku hasil berburu di BBW kemarin :p 

Cara ikutan giveaway gampang sekali, berikut aturannya :

1/ Mama Jagoan membuat postingan dengan tema "Setiap Mama adalah Mama Jagoan" atau "Dari Mama ... Saya Belajar Tentang ..."
2/ Postingan baru (boleh IG atau blog) berisi minimal 200 kata.
3/ Komen di bawah beserta link ke tulisan Mama Jagoan.
4/ Periode posting mulai hari ini hingga 30 April 2018.
5/ Jangan lupa link tulisan ini di bagian bawah tulisan ya, disertai pernyataan bahwa tulisan Mama diikutkan dalam giveaway ini. 
6/ Terakhir, repost (jika IG) banner berikut atau pasang di dalam tulisan Mama (jika berupa postingan blog)

Jangan lupa ikut dan ramaikan giveaway ini ya :)






Komentar

  1. Mau bekerja atau tidak itu keputusan masing-masing, resiko masing-masing juga, terutama di era digital ini.
    Giveaway yg menarik...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mom, we have responsibilities for every choice. Yuk ikutan :)

      Hapus
  2. Sukses GAnya ya mbak. Saran saja, mungkin boleh dipublish juga, kira-kira satu paket buku itu judul2nya apa saja. Biar lebih menarik perhatian yang mau ikutan :) Salam kenal mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oiya ya, mau upload gambar-gambarnya lupa terus, keknya GA nya bakal diperpanjang :p

      Hapus
  3. Salam kenal Mbak.

    Saya belum jadi mama, tapi boleh ya ikutan giveaway nya :)

    Ini link nya :

    www.wamubutabi.com/2018/04/alasan-mengapa-ingin-menjadi-ibu-pekerja.html

    Terima kasih :)

    BalasHapus
  4. wahhh seruuuu, jadi pengen...

    BalasHapus

Posting Komentar

Hi, nice to hear your inner-voice about my blog. Just feel free to write it here, but please dont junk :)

Postingan Populer