Setiap Anak Suka Bereksperimen


Airrr, aku mau main airr, aku mau tuang tuang Umiii!
Sekarang, sekarang, ayoooo!

---
Pernah anak anak main air sampai kulitnya keriput Ma? Atau anak utak atik dispenser (sampai akhirnya memutuskan untuk ga pakai 😂) ? Atau main keran sambil siram siram tanaman? Hampir semua saya yakin menjawab IYA dengan lantang 😏 Karena saya juga begitu. Punya dua anak sama, seneng banget kalau disuruh main air.

Tapi karena ga pernah saya larang, anak anak juga pada rajin mandi (apa hubungannya?) Ya karena asosiasi mereka mandi = main. Walaupun demikian tetep saya masuki bagaimana cara mandi yang bener ya Ma. Sehingga paling gak usia 4 tahunan udah mulai mandiri dan bisa mandi sendiri dengan bersih serta selesai satu siklus. Mulai dari melepas baju, meletakkan baju kotor ke mesin cuci, masuk kamar mandi dan menyalakan keran air, menggosok gigi, menyiram badan kemudian menyabun, membilasnya dan memakai handuk, sampai memakai pakaian dan menyisir rambut. Semuanya diajarkan dengan keleluasan mencoba dan penerimaan untuk gagal di awalnya.

Nah, saya juga baru tau pas baca buku Filosofi Montessori (one of my fav book loh Ma). Bahwa anak anak itu ternyata sangat cinta sama eksperimen. Kadang kita ga paham saja kalau dia sedang eksperimen dan lebih seneng ngasih tau benernya begini begitu dari awal. Sayangnya kalau anak anak biasa disuapi dan rasa ingin tahunya dimampatkan, lama lama nanti benar benar mampat loh Ma (astaghfirulloh, sedih banget ga siy Ma?)

Konsep Montessori itu salah satunya adalah follow the child. Kalau anak lagi curious sama 1 hal, follow her/him. Karena itu adalah AHA-moment nya dia, sensitive period yang bakal susah buat balik lagi dengan tingkat rasa ingin tau yang sama. Liat aja Ma, biarkan dia menyelesaikan rasa ingin taunya sendiri  (asalkan tidak bahaya untuk diri dan lingkungannya, serta tidak mengganggu norma masyarakat/agama). Kayak kemarin si Kakak penasaran banget pengen tau kalau warna X dicampur warna Y itu nanti jadi warna apa. Kalau dalih cepet dan praktis mah saya tinggal jawab aja, merah sama kuning jadi orange Kak, biru sama kuning jadi hijau Kak, ringkas dan ga bertele tele (apalagi juga ga perlu beresin bekas mainnya). Tapi kalau saya begitu berarti saya sudah kehilangan moment besar untuk dia membangun rasa ingin taunya dan membuat Kakak bisa memecahkan jawaban atas pertanyaanya sendiri.

Maka dari itu saat dia mulai teriak mau main air. Saya bilang, oke, ayok main warna. Toh alat mainnya juga gampang banget, murah meriah (kecuali pippet-nya kali ya Ma :p, tapi pipet bisa diganti kok sama yang 4000-an di apotik apotik, atau bisa juga pakai alat suntik (tanpa jarumnya tentu saja).



Perlengkapan yang dibutuhkan
  • Aneka jenis botol bening (saya pakai botol bekas simpen ASIP, kalau yang anaknya belum biasa pegang botol kaca, silahkan pakai botol bekas air mineral)
  • Pippet
  • Pewarna makanan : merah, kuning, biru 
  • Air 
  • Nampan lebar (atau jika ada bisa pakai box) : untuk menampung air tumpahan
Cara bermainnya sebenernya open ended play ya, terserah mau diapain tuh pewarna dan air, terutama untuk anak seusia Ali ya (3 tahun ke bawah) yang belum 100% bisa mengikuti instrksi. Tapi untuk Kakaknya yang sudah 4 yo lebih, bisa dicontohkan 1 kali bagaimana cara mencampur warna, sehabis itu biarkan anak mencoba sendiri. 



Kayak di gambar ini, Kakak penasaran mau menyampur biru dan merah, jadi ungu kan ya, kakak seneng banget bisa mencoba sendiri dan dikasih authority untuk mencoba (plus tentu saja mengasah rasa ingin tahunya). 

Manfaat Bermain Eksperimen Warna

  • Mengenal warna dengan cara bermain
  • Melatih konsentrasi
  • Melatih imajinasi
  • Melatih motorik halus (koordinasi mata dan tangan)
  • Melatih otot tangannya 
  • Melatih logika dan matematika (sebanyak apa airnya supaya tidak tumpah)

Wah, permainannya sederhana tetapi manfaatnya cukup banyak ya ternyata. Kalau Mama dan anak-anak, main apa hari ini?


___
*Semua foto merupakan milik penulis pribadi

Komentar

Postingan Populer