Menantu dan Ibu Mertua

Apa yang pertama kali terlintas dalam pikiran Mama saat membaca judul blogspot saya kali ini? Indah? Atau indah sekali ? 

Mengawali proses menikah dengan proses taaruf membuat saya tidak memiliki kesempatan mengenal lebih jauh ibu mertua kecuali setelah akad berlangsung. Pun tidak bisa sehari dua hari menjadi akrab karena cuti menikah hanya seminggu 😅 (maklum Ma, pekerjaan kami berdua sama sama di luar kota asal) Maka dari itu, mau tidak mau saya harus mengejar ketertinggalan (dari siapa ya?) -yah intinya catch up semua yang seharusnya sudah saya ketahui pada setiap momen lain -kapanpun kami bertemu. 

Mungkin ada sebagian menantu yang bisa langsung akrab dengan ibu mertua karena sama sama suka ngobrol  (sama sama asyik bahasa gaulnya 😁), mungkin juga karena sama sama hobi masak (eh kalau kayak gini saingan apa kolaborasi sik? maklum, kalau saya terima tukang makan 😪), atau direkatkan dengan cara cara lain. Saya tidak memahami apakah ada perbedaan mendasar dalam hubungan antara menantu yang benar benar baru bertemu setelah menikah dengan yang sudah biasa berkomunikasi sejak berpacaran. Jadi mohon maaf kalau saya fokus bahas pada menantu dan ibu mertua yang bertemu intens saat sudah menikah ya 😂

Bagaimanapun ibu mertua kita, menurut saya dangat patut untuk para menantu memperjuangkan hubungan baik dengannya. Mengapa saya sebut memperjuangkan? Karena saya tau, tidak semua wanita menyeleksi calon pasangannya dengan menyeleksi pula calon mertuanya. Mungkin Mama memilih sendiri calon suami Mama dulu, tapi Mama tidak bisa memilih karakter ibu mertua sedetil karakter calon suami bukan? Jadi, perekat hubungan -yang sebenarnya tidak mendadak- yang pertama menurut saya adalah pemahaman Mama bahwa ibu mertua adalah "ibu kandung suami" Mama. The one had been struggling a lot for your husband. 

Of course hubungan menantu dan ibu mertua sangat lebih mudah berjalan mulus jika keduanya saling memahami dan saling menerima. Mungkin agak lebih sulit saat Mama dulu agak memaksa menikah -padahal ibu mertua tidak setuju dengan hubungan anaknya dan Mama. But its okey, always there is a chance to reach her heart. Katanya hadiah itu mengikat hati, maka setelah memahami kedudukan beliau sebagai mama kandung mas suami, maka yang kedua lakukanlah pendekatan secara personal. Personal means : with your heart. Benar benar dengan hati mempelajari "siapa sih ibu mertuaku?" Apa saja yang menjadi hobinya, apa makanan kesukaannya, apa yang membuat beliau suka dan tidak suka, siapa saja orang terdekatnya and so on - and so on. Susah? Ga kok, kan jawabannya harusnya semua ada di mas suami. Tinggal kita wawancara saja mas suami sampai tuntas 😅 Setelah dapat data, baru deh susun strategi untuk memulai pendekatan, ihirr! 

Sukses? Maybe yes maybe no. Tapi whatever hasilnya ya jangan menyerah. Soalnya kalau udah disayang mertua, enak banget Ma! Dijamin! Pokoknya gaspol aja  satu satu strateginya- insyaAllah lama lama nemu celahnya. Kalau dari pengalaman saya, semua wanita suka baju bagus 😋 Seenggak sukanya dandan, dikasih baju bagus biasanya seneng. Bagus itu relatif, jadi jangan juga mengada ada sampai ngutang ngutang ya ~ Setelah nya bisa disesuaikan dengan kondisi masing masing ibu mertua. 

Sanjung dan hormati mas suami di hadapan ibunya -wajib banget niy Ma. Pokoknya jangan mengeluhkan apapun tentang kondisi suami, kondisi rumah tangga ke mamanya. Kenapa? Cenderung mama/ibu itu bakal defense or melindungi anaknya, jadi bukannya Mama dapat dukungan, bisa bisa Mama malah dianggap sebagai istri yang banyak mengeluh 😣 Usahakan tampil sebaik mungkin saat berkunjung ke rumah mertua, tunjukkan bahwa mas suami adalah suami dan ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarga -sekali lagi sesuaikan dengan kondisi masing masing namun optimalkan ya Ma. Bagaimanapun penampilan kita dan anak anak itu bagi orang lain adalah cermin kondisi keluarga. Ketika kita berpenampilan tidak proper, orang akan berpikir bahwa keluarga kita juga sedang tidak proper. Proper bukan berarti baru -apalagi mahal- , proper artinya resik dan rapi. Mamajagoan mah pasti sudah paham semua deh soal ini. Dari penerawangan saya -dengan bersikap menjaga kedudukan suami di hadapan keluarganya ini bukan hanya ibu mertua yang  akan terambil hatinya, tetapi anaknya pun akan semakin mantap dan bersyukur dulu memilih kita menjadi pasangan hidupnya. 

Apa yang kita lakukan saat berbeda pendapat dengan ibu mertua? -dalam hal apapun itu. First of all, jaga sikap dan lisan. Please no debat! Take their advice as a kind of love for you. Ucapkan terima kasih dan mohon doa beliau. Misal, soal pengasuhan, selama hanya advice (bukan pengambil alihan), maka terima itu sebagai saran, kemudian setelah berterima kasih tutup dengan permohonan agar senantiasa mendoakan. 

Bagaimana jika ibu mertua tidak seperti yang kita harapkan? Dalam hal pemahaman agama, dalam hal karakter sehari hari, dalam hal apapun lah pokoknya. Doakan ibu. Bagaimanapun prinsipnyanyang tidak kita sukai adalah sikapnya -bukan orangnya. Bagaimana mungkin kita dapat menginspirasi perubahan kepada beliau jika kita tidak dekat dengannya bukan? Jadi jangan desperate apalagi frontal kepada beliau, sedikit demi sedikit saja inspirasinya, bahkan kalau bisa tanpa beliau sadari beliau sudah menuju ke arah yang lebih baik. 

Kalau mau dilanjutkan keknya bakal panjang ya Ma, belum bahas soal finansial, belum bahas bagaimana jika dengan ibu mertua hampir bisa dibilang superjarang ketemu, insyaAllah next kita  bahas-bahas lagi ya Ma. 

Keep up your good work on this precious relationship 🤗 May Allah ease you.

Komentar

Postingan Populer